Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

Efektifkah Playing Victim Demokrat?

Diperbarui: 23 Februari 2021   12:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

makasarterkini.id

Playing Victim Demokrat akan Gagal?

Beberapa waktu ini, sentral politik berkaitan dengan Demokrat. Belum reda mengenai kudeta, bergeser kepada pernyataan mantan ketua DPR RI yang mengaku pernah mendengar SBY mengatakan Megawati kecolongan. Tiba-tiba tanpa kaitan dan hubungan sama sekali malah kisah dan kejadian yang menimpa Nissa dihubungkan dengan Annisa Pohan, istri ketua umum Demokrat.

Belum lagi, betapa viralnya uang dana hibah untuk museum SBY-Ani yang kemudian menimbulkan polemik berkepanjangan. Salah sendiri, atau sengaja dengan mengaitkan Grha Mega dan makam Gus Dur. Pemrov Jatim akhirnya gerah dan memerintahkan pembatalan dana hibah. Keluarga Gus Dur pun sama, dan berujung minta maaf oleh Rachland.

Soal Nissa dan Anisa Andi Arief langsung menuding buzzerRP yang berperan untuk mengaitkan kisah ini dan juga menyangkut keberadaan Anisa yang tersemat dengan kasus pelakor. Uniknya Andi mengatakan, itu kan ibu atau istri atau saudara perempuan, sama dengan yang menayangkan itu. Hal yang naif telah terpapar, bagaimana Andi dan kolega ketika menyasar, menuding, dan mengaitkan siapapun pada keadaan tidak enak mereka.

Mosok sudah lupa menyasar Jokowi dengan kudeta dan kemudian diralat, tanpa minta maaf pula. Khas permainan mereka.  Nah menarik adalah, apakah masih efektif keberadaan politik korban, penzoliman, atau playing victim ini bagi keberadaan Demokrat ke depan?

Suka atau tidak, pengguna politik korban dan sukses besar ya SBY ketika pemilihan presiden 2004. Kini sedikit banyak sudah diungkap oleh Marzuki Ali secara lugas. Selama ini, kan hanya praduga dan melihat rekam jejak saja, tapi Marzuki Ali mengatakan itu dengan gamblang. Lebih memberikan bukti.

Kesuksesan itu hendak diulang-ulang. Lha apa semua ada momentum dan tepat dengan apa yang dikehendaki? Belum tentu.  Menjadi persoalan pula adalah, kini semua dengan sangat mudah bisa ditemukan pembanding dan mana yang lebih benar dengan cara yang sangat mudah, murah, dan cepat.

Pengulangan itu susah karena,

Berulang kali dengan cara, pola, dan pendekatan yang sama. Massa sudah jenuh, hafal, dan tidak lagi mudah percaya. Merasa pernah terpedaya dan tidak mau lagi. Kesadaran sudah meningkat. Lihat saja sekarang bagaimana tanggapan atas perilaku Demokrat.

Pengulangan itu juga membuat rekam jejak. Nah karena kemajuan teknologi, orang dengan  gampang akan mencari pembanding, dan melihat mana yang lbih logis, mendekati kebenaran, dan lebih tepat mengenai sebuah peristiwa.

Berbeda dengan beberapa tahun lalu, cukup lama orang bisa menemukan pembanding dan kemudian menyimpulkannya. Berita hanya koran dan televisi, itu pun belum tentu utuh, atau semua sisi diungkapkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline