Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

"Perkosaan" oleh Pasangan dan Kekerasan pada Laki-laki Itu Mungkin

Diperbarui: 5 Februari 2021   11:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

jppn,com

"Perkosaan" oleh Pasangan dan Kekerasan pada Laki-laki

Semalam melihat tayangan status media sosial rekan Kner yang membahas, bahwa hubungan seksual itu tidak boleh ada paksaan. Komentar jadi riuh rendah, bahwa hal ini masuk dalam RUU PKS salah satu pihak yang merasa tidak suka dan ada paksaan, termasuk dalam perkosaan. Ingat perkosa sendiri artinya adalah pemaksaan. Mendapatkan penyempitan makna menjadi pemaksaan pada hubungan seksual.

Malah kadang makin rancu saat ini, perkosaan malah digantikan dengan pelecehan. Padahal beda jauh dan lebih memperhalus yang malah tidak berpihak pada korban. Perilaku biadab yang makin menjadi karena sikap permisif seperti ini.

Rekan lain berkomentar, kadang pasangan, konteks laki-laki, mengatakan, paling menyakitkan itu, perempuan kan tinggal telentang, apa susahnya. Lha kan pasangan, yang dicintai, katanya kekasih, kog tega seperti itu. Malah jadi ingat pantat truk, kalau percintaan hanya pura-pura pelacurpun bisa.

Masalah Komunikasi

Rekan lain berkomentar, paksaan itu menyedihkan, biasanya laki-laki pada perempuan. Berdilih itu adalah hak dan perempuan wajib melayani, tanpa mau tahu keadaan. Kadang memang komunikasi yang tidak jalan. Pengandaian, asumsi, dan pokoknya pengin harus.

Padahal sangat mungkin karena maunya adalah kemesraan, ada ungkapan cinta, merayu, dan sebagainya. Laki-laki biasanya enggan, ketika sudah menikah. Lupa peran menjadi kekasih, hanya  ingat jadi ayah dan suami. Komunikasi itu perlu dipupuk.

Mendasar. Pola pendekatan laki-laki dan perempuan itu berbeda. Itu yang kadang tidak dipahami, bahkan oleh pasangan yang sudah sangat manula sekalipun. Mengandalkan asumsi dan paradigma pribadi. Padahal tidak sama. Kursus persiapan perkawainan menjadi penting. Jangan seperti M. Nuh yang mengatakan pendidikan seksual tidak penting, itu instingtif. Iya hubungan seksual itu instingtif, primitif, tapi pengetahuan seksual lebih luas, bukan instingtif.

Bayangkan, sekelas menteri pendidikan, guru besar saja pemikirannya seperti itu.  Artinya, masih  hal yang masih dianggap tabu, bahkan saru. Jangan kaget, ketika angka perceraian dan angka aborsi, hamil di luar nikah tinggi.

Kedegilan alias Dongok

Sering terdengar isti sakit parah, hanya gara-gara masa nifas belum selesai namun suami yang dari luar kota atau pulau tidak tahan lagi, dan akhirnya trjadi hubungan yang sangat terlarang, dan ujungnya sakit. Ada luka, itu kadang pria tidak tahu dan juga tidak mau tahu.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline