Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

Blusukan Risma dan Logika PKS

Diperbarui: 7 Januari 2021   12:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Blusukan Risma dan Logika PKS

Kedatangan Risma mengembalikan eforia warganet soal pejabat blusukan. Hal yang lama menghilang, ketika Pak Jokowi menjadi presiden, tidak seleluasa ketika walikota atau gubernur. Cara dan modelnya sudah pasti lain. Eforia  masyarakat dan terutama warganet seolah tersentak oleh apa yang PKS lakukan dan nyatakan.

Hal yang wajar sebenarnya di alam demokrasi, ketika pihak oposan itu bersikap kritis, atau nyinyir, atau waton sulaya sekalipun. Di balik itu semua ada hal yang layak dicermati, apakah itu benar demikian, atau hanya sekadar mencari panggung yang sangat potensial menghilang, atau bagi sosok yang dijadikan andalan bisa tertendang dengan kehadiran Risma?

Oposan biasa, normal, dan wajar mengatakan atau menegasikan apa yang dilakukan pihak "rival" yang sekiranya itu menjadi andalan dalam menarik simpati dan memperoleh suara dalam pemilihan umum. Ingat fokus demokrasi kita memang masih sebatas model ini, belum jauh-jauh amat untuk membangun negeri. Ini masih sebatas jargon dan ujaran utopia banyak partai politik.

Masalah adalah, ke mana oposan ini, ketika Mensos lalu bekerja, kog diam saja dan malah tiba-tiba kena tangkap KPK. Apa yang terjadi adalah, khas oposan demokrasi akal-akalan, di mana menghajar si pekerja demi mematahkan keberadaannya dan demi mendapatkan panggung yang diperoleh pekerja keras. Miris sebenarnya.

Kinerja model oposan demikian sejatinya adalah pelaku media sosial, konflik yang disengaja ala artis, menghajar yang ada di atas untuk ikut dompleng panggung. Mirisnya, ini adalah juga sekaligus pembunuhan karakter. Hal yang kontraproduksi di mana negara perlu sinergi untuk membangun. Berikanlah bukti dengan prestasi.

Dalihnya pasti akan mengatakan, oposan tidak punya panggung, mengapa naif? Bisa kog, kritik dengan dasar, argumen, dan kalau memang cerdas tawarkan solusi lebih baik, cerdas, dan berkelas. Jika tidak memiliki sebuah alternatif jalan keluar, minimal ada dasar, bukan asal beda. Ini namanya oposan berkelas.

Risma Mensos dan Walikota

Aneh dan naif, sekleas Hidayat Nur Wahid tidak tahu, jauh lebih cenderung ini memang ngaco. Reputasi Risma bisa merontokkan andalan mereka Anies Baswedan. Ketika usai pelantikan mengatakan ada rangkap jabatan. Masak hanya sekadar  birokrasi administrasi begitu saja ribet minta ampun, apalagi itu masa-masa menjelang libur akhir tahun. Tidak ada kebijakan strategis yang bisa diambil.

Provokasi itu mental, kini kembali menyoal soal kinerja Bu Risma yang blusukan ke seantero Jakarta. Anehnya, bukan malah mempermasalahkan Jakarta yang autopilot malah menyalahkan si pekerja. Surabaya juga banyak gelandangan. Layak dilihat lebih dalam dengan beberapa hal yang menarik berikut.

Surabaya sangat mungkin ada gelandangan. Ingat Risma di Surabaya it walikota, fokusnya bukan hanya satu poin pada gelandangan. Berbeda ketika menjadi Mensos itu adalah kewajibannya untuk meyelesaikan kantong-kantong kemiskinan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline