Nikita Mirzani Menggagalkan Reuni, Agen atau Perilaku Ugal-ugalan?
Kedatangan Rizieq Shihab itu salah satunya akan berpuncak pada 212, reuni aksi empat tahun lalu. Momentum yang bagus, deportasi yang pas saatnya. Ngaso sebulan cukup sambil mengumpulkan massa yang sempat terserak karena kepergiannya sekian lama. Pihak-pihak yang mau mendompleng sudah girang, ah si pimpinannya datang, semua senang.
Namun, semua buyar, karena perkataan tukang obat yang malah mengacokan skenario yang sudah matang itu. Rencana cadangan tidak cukup memberikan ruang dan jawaban atas keadaan yang sama sekali di luar rencana. Paling-paling rancangannya adalah, pemerintah dan kepolisian yang membuat buyar dan antisipasi mereka sudah pasti detail dan membuat kalang kabut pemerintah.
Rancangan manusia itu tidak ada yang sempurna. Sepandai-pandainya tupai melompat akan gawal juga. Tidak akan pernah mulus terus, apalagi sifat tupai yang suka bermain, menambah kewaspadaannya lemah. Para pemesan dan pengguna Rizieq ini pasti sudah membuat skenario, rancangan yang sangat ketat, detail, dan ada lanjutan yang sudah dipersiapkan rapi. Eh ya namanya juga rancangan orang, mau pinter, cerdas, jenius, barengan banyak orang sama kaliber, tiba-tiba ada yang nyelonong.
Banner reuni sudah disebar. Proposal sudah akan menghasilkan, bohir sudah membuka laci dan mau tanda tangan. Semua hancur berantakan.
Panglima TNI bersama panglima dan komandan jenderal pasukan khusus masing-masing angkatan, malam-malam mengadai konferensi pers, pakaian pun doreng tempur, bukan pakai kantor, biru atau hijau, atau putih. Artinya jelas.
Aksi berubah, oposan utama yang mau jadi saksi tidak jadi datang. Padahal sudah sowan sebelumnya. Keadaan buruk sudah di depan mata, dan benar saja, usai pesta, "tagihan" denda datang. Uang 50 juta, bukan soal gede atau kecilnya, tetapi bahwa perilaku ugal-ugalan itu terhenti. Tidak lagi momok yang bisa bebas melakukan apa saja.
Polisi lebih cepat ke dalam. pencopotan kapolda dan kapolres dan diikuti dengan pemanggilan pejabat dan tuan rumah dengan acara klarifikasi soal pelanggaran protokol kesehatan mengenai covid. Semua jelas.
Jawaban melebar, biasa ala kelompok ini, malah menyasar pilkada dengan ujungnya mau mendeskreditkan Jokowi terjadi. Pemerintah, Jokowi itu bukan penyelenggara pemilu, ada Bawaslu dan Panwaslu, KPU dengan jajarannya yang melakukan pengawasan dan jalannya proses pilkada. Upaya menyeret pihak lain gagal.
Peran Nikita Mirzani
Ada yang menilai ia adalah buzzer istana, atau apalah. Kog belum ada spekulasi yang mengatakan ia agen intelijen yang bertugas mengacau Rizieq Shihab? Padahal tidak usah dengan kerja intelijen yang sangat serius dan berat itu.