Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

Noktah di Balik Gemerlap Setahun Pemerintahan Jokowi-KHMA

Diperbarui: 22 Oktober 2020   20:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Noktah di Balik Gemerlap Setahun Pemerintahan Jokowi-KHMA

Selamat kepada Presiden dan Wapres RI, atas setahun mengemban amanat rakyat, makin sukses du tengah pandemi dan kondisi demokrasi berisik. Konsekuensi demokrasi yang masih latihan, apalagi dengan kondisi strategis bangsa ini.

Di tengah kenangan satu tahun kinerja, presiden dan wapres tentu tidak mengingat itu sebagai sebuah peristiwa besar dan penting. Bekerja dan terus melaksanakan tanggung jawabnya. Memang banyak momen yang dijadikan sebuah ucapan atau peringatan tidak resmi ala media dan media sosial.

Penghargaan cukup  besar dari UEA yang menghadiahi jalan dengan nama Presiden Joko Widodo, dan menyusul pembagunan masjid dengan nama yang sama. Tentu sebuah apresiasi besar, sama dengan Presiden I RI Sukarno yang menjadi nama jalan di Maroko. Ada pula patung diri Sang Proklamator di Aljazair. Di tengah deraan dan cacian dari sebagian kecil anak negeri, malah mendapatkan penghargaan luar biasa.

Penolakan atas proposal dari Amerika Serikat untuk menjadi pangkalan militer. Ini jelas sebuah keberanian luar biasa. Melihat reputasi Amrik di dalam menekan negara yang tidak mau tunduk kepada kepentingan mereka. Toh konsisten dengan pilihan politik bebas aktif, bukan ikut blok sana dan blok sini. Sebuah pilihan berani, cerdas, dan berkarakter. Keren.

Peresmian pembangunan dan proyek infrastruktur masih terus berjalan. Hal yang kembali perlu dilihat bagaimana tanggapan sebagian pihak. Mereka mengatakan rakyat tidak perlu dan tidak makan semen. Mirisnya mereka juga menikmati efisiensi dan efektifnya jalan tol dan pembangunan infrastruktur lainnya.

UU Omnibus Law, begitu banyak dukungan dan survey pun memberikan data yang sebanding. Hanya sebagian kecil yang menolak namun mereka menyukai dengungan luar biasa melalui aksi dan demonstrasi. Hal yang miris, ketika di tengah kepercayaan negara-negara dan dunia internasional, eh malah anak negeri sendiri seolah mencibir.

Pemerintah Jepang datang, itu sebuah kepercayaan dan penghargaan, betapa negara ini dipandang dengan penghormatan. Malah banyak anak negeri yang mengancam ini dan itu. Kan hal yang memilukan sejatinya.

WHO, akhirnya memilih dan menyatakan lock down itu tidak tepat guna untuk menangani pandemi. Perlu kita ingat, bagaimana awal pandemi hinggap di negeri ini, pemaksaan untuk memilih LD, dan bahkan dengan sinis dan sadis mengatakan, nyawa rakyat dipertaruhkan demi ekonomi. Padahal siapa sih yang mampu menanggung hidup 260 juta rakyat.

Sikap dan perilakunya pun antara korup, tamak, dan tidak tahu diri tumpang tindih. Ketika WHO mengatakan gagasan Jokowi lebih tepat, memang tidak secara terus terang demikian, toh semua pada diam. Mana yang dulu teriak kenceng ataupumn bisik-bisik?

Di tegah hingar bingar itu, toh ada noktah, di mana pemerintah ini gamang dalam beberapa hal;

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline