Pak SBY, Tidak Usah Mengajari Bebek Berenang
Keadaan pasca pengesahan UU Cipta Kerja masih cukup hangat. Mau yang lucu-lucuan atau seru bahkan sengit ada. Permainan politik tingkat tinggi sedang dipertontonkan, tentu demi pilkada akhir tahun dan pilpres 24. Masih jauh sih sebenarnya. Tetapi ya begitu deh namanya orang politik.
Salah satu yang paling panas, ngotot, dan serius soal UU ini adalah SBY. Wajar sebagai mantan presiden, sesepuh partai yang pernah sangat besar, dan juga memiliki putera yang sangat mungkin menjadi presiden.
Apa yang dilakukan itu dalam jaminan konstitusi, jelas dan sangat taat konstitusi. Ketika beberapa potongan narasi, film, atau photo menunjukan sebaliknya, itu adalah kecelakaan dalam politik. Permainan rival yang memiliki kepentingan yang sama. Ya apes saja namanya, maunya pesta malah menjadi bencana.
Salah satu yang parah adalah reaksi atas pernyataan salah satu menteri pemerintahan kali ini, Luhut Panjaitan. Pak SBY bereaksi cukup di luar kendali. Beberapa kali terlihat mengubah mimik wajah da kalimat, ketika menyadari itu terlalu berlebihan. Tetapi toh masih kelihatan kegusaran yang tidak mampu beliau sembunyikan atau kendalikan.
Mengapa ketika Luhut mengatakan akan bersikap tegas pada penyandang dana demo rusuh, Pak SBY langsung bereaksi? Kan bisa siapa saja, tidak juga pasti Demokrat atau Pak Beye bukan? Toh tidak ada inisial atau nama, atau kelompok yang dinyatakan dengan lugas oleh pemerintah.
Malah menjadi melebar ke mana-mana ketika mengatakan demonstrasi adalah hak rakyat . Iya benar hak, namun ingat ini masa pandemi. Dulu siapa ya yang cucunya sampai membuat surat terbuka kepada presiden? hiik ups, kelepasan.
Kondisi pandemi ini global, jadi bukan soal demonya yang dijadikan perhatian, bagaimana jalannya demo sangat berpotensi menjadi kluster persebaran virus. Itu point utamanya. Jadi, Pak Beye, janganlah emosional sehingga abai hal esensial yang sangat sederhana itu ah.
Toh demo bukan sekali ini saja berakibat rusuh. Negara lho yang nangggung beaya pengamanan, kerusakan terutama. Lagi-lagi bukan soal demonya yang diperhatikan, tetapi dampak yang tidak berguna itu.
Berapa saja kerugian, coba bayangkan hanya untuk hakte Jakarta dari 25 hingga 65 M, belum lain-lainnya. Ini bukan hal yang sederhana, apalagi ketika berbicara soal dampak sosial lebih jauh.
Mengatakan presiden, pemerintah, jangan marah ketika dikritik. Hiik...hiik, lha siapa yang mengancam eh bahkan sudah datang ke kantor polisi ya? Padahal apa yang disasarkan ke Pak Jokowi kadang lebih sadis dan tidak berdasar. Hayo siapa yang sensi denganhewan berkulit abu kehitaman dan bertanduk gede? Sampai lahirlah hewan jangan dibawa demo, hayo siapa ya?