Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

PKI dan Kadrun Membawa Sanksi bagi Poyuono karena Tenggelamkan Gerindra

Diperbarui: 19 Juni 2020   08:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

PKI dan Kadrun Membawa Sanksi bagi Puyuono, karena Tenggelamkan Gerindra

Cukup menarik apa yang terjadi dalam masa pandemi covid-19 ini dalam perpolitikan nasional. Isu PKI dan dunia medsos bergantian menghiasi pemberitaan di tengah kisah covid dengan segala keanehan masyarakatnya. Minta lock down, tetapi hanya pembatasan saja tidak setia, eh malah orang-orang politik tidak henti berulah.

Hutang lah, soal ideologilah, kasus hukumlah, dan lucu dan luar biasanya ujungnya ganti Jokowi. Belum pernah ada dalam sejarah semua tema ujungnya pecat, atau ganti, tuntutan ganti presiden. Mana tidak aneh, ketika mereka ada masa untuk pemilu, merasa pemilik suara gede, toh tidak ikut, atau ikut tapi kalah. Bagaimana bisa mengaku demokratis tapi kelakuan barbaris?

Drama sih kalau kata-kata Poyuono yang mengatakan kalau permainan dan isu PKI itu adalah gawe kadrun. Kadrun siapapun tahu mereka ada pada pihak mana. Lebih membuat panas kuping,  ketika Puyuono menyebut Presiden Jokowi, Kang Mas Jokowi. Dua hal yang membuat panas kuping, bagaimana tidak, biasanya kubu mereka itu sangat merendahkan presiden Jokowi, baik jabatan atau pribadi, kali ini Kang Mas, intim, dekat, dan akrab.

Tudingan permainan PKI sebagai kelakuan kadrun. Lha ini juga siapa yang tidak panas. Pelecehan kubu lawan dipakai rekan sendiri. Bayangkan saja kalau pas muka bisulan diledek orang yang gak kenal atau yang tidak suka sih paling tidak peduli. Tapi pas rekan dekat yang mengatain, syukur bisulan, kebanyakan intup sih, mangkel tidak?

Sama dengan apa yang dikatakan Puyuono, maka timbul taggar tenggelamkan Gerindra. Lucu dan malah membuka kedok siapa-siapa di balik permainan aneka taggar itu. reaksi yang jelas tidak disadari karena perilaku mereka yang memang emosional, responsif, dan spontan dalam bersikap. Cukup trendding di media sosial.

Toh mereka ahli memang untuk itu, dan lebih lucu adalah sikap Habiburohman yang menyatakan akan memberikan sanksi pada Puyuono. Mengapa lucu?

Pertama, model Puyuono ya begitu. Perlu diingatkan lagi, pas masa kampanye dulu, ia juga meledek AHY sebagai sekelas dandim. Levelnya terlalu jauh kalau berbicara cawapres, level nasional. Itu rekan koalisi mereka lho, yang masih sakit hati  malah diledek. Artinya Habiburohma lebay enyikapi teman sendiri.

Kedua, lha memang berdampak apa yang terjadi dalam dunia maya itu? Taggar-taggar itu hanya riuh rendah di medsos. Di dunia maya sama sekali tidak berpengaruh. Lucu saja jika Habiburohman takut dengan peneggelaman ala medsos ini. Perlu belajar kepada Kang Mas Jokowi untuk tidak takut semata taggar.

Ketiga, mosok mereka tidak paham gertak sambal ala taggar siapa pemain dan sutradaranya. Mereka itu-itu saja, menaikan taggar yang poin di atas tidak berdampak. Yah yang takut sih bolehlah seperti Habiburohman ini. Lucu saja ketika taggar membuat mereka malah ribut sendiri.

Keempat, mau akun orang, atau malah mesin, mereka toh tidak punya hal pilih, mengapa perlu ditakuti. Bahaya malah karena sangat mungkin mereka ini semata orang iseng, bukan serius. Tanggapan serius yang membuat para penonton terbahak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline