Masih Percaya Jokowi?
Hari-hari ini ada yang seolah menggerakkan seruan mengenai krisis kepemimpinan. Cukup menggaung di dunia maya. Ditambah mantan presiden SBY dalam kongres juga mengatakan, pemerintah lamban.
Apalagi jika dibandingkan dengan seorang gubernur yang melebihi kapasitasnya, eh dalam kondisi yang berbeda melempem melebihi krupuk diguyur kuah bakso seember.
Beberapa hal layak dicermati kemudian.
Mengapa tiba-tiba ala minuman ringan datang lagi. Turunkan Jokowi. Nah kan, kelihatan muaranya. Wong akhir bulan kemarin, katanya demo soal korupsi juga ujung-ujungnya turunkan Jokowi dan Ahok, apa kaitannya coba.
Hanya soal kursi, bukan mengenai corona. Apapun tindakannya tetap saja Jokowi kudu turun. Mau cepat, mau lamban sama saja, wong simpulannya satu kog. Turun.
Para pelaku yang membuat keadaan tidak nyaman juga itu lagi- itu lagi, Said Didu, Rizal Ramli, Fadli Zon, dan tidak ada yang baru. Di setiap tema yang ada yang mereka-mereka itu. Narasinya juga tidak berubah, hanya penyebabnya yang berbeda. Model begituan yang dipercayai?
Wacana pengesahan RUU KPK, RUU KUHP, ujungnya demo, tuntutannya Jokowi mundur, dan mengatasnamakan demi kesatuan bangsa. Lha bangsa yang mana sih? Apapun temanya, ujungnya Jokowi mundur. Lah menang pemilu, menjabat belum pun sudah diminta mundur, apalagi kini sudah hampir setahun. Sudah pada gerah mungkin.
Lucu adalah dulu mendukung Jokowi dengan sekuat tenaga, merasa relawan, militan, dan pokoknya Jokowi, eh ngambeg, karena Prabowo bergabung dalam kabinet. Padahal pilihan yang sangat pelik, dan kini sangat beruntung Prabowo yang memiliki gerbong demikian besar itu ikut dalam pemerintahan.
Zon, Puyuono, itu sih hanya riak kecil yang banyak omong, dampak tidak ada. Beda jika Prabowo benar-benar di luar. Untung memilih Prabowo dan meninggalkan Demokrat. Suara dan gaungan SBY itu kecil, bandingkan adanya kolaborasi Gerindra dan radikalis. Demokrat meskipun membiarkan radikalis tumbuh subur waktu berkuasa, namun tidak cukup akrab dan memiliki kesamaan habitat. Jadi aman.
Lucu lagi adalah ketika isu lockdown, dengan segala kesumiran dan kekacauannya, ada yang langsung menyatakan dukungannya bagi pemilik ide itu. Sah-sah saja dukung mendukung, dan ide apapun, asal itu berdasar kajian mendalam, komprehensif, dan tidak grusa-grusu. Cakupan pemikiran juga berbeda tentunya, daerah dan negara.