Bangun Samudra Memang S3 Vatikan Kog
Pagi-pagi, ramai tampilan sosial media mengenai keberadaan Ustaz Bangun Samudra, jadi ingat pernah menulis itu, dan benar, Juni tahun lalu. Dalam perbincangan hari ini yang lebih baru, ada data kakak kelasnya bahwa ia hanya setahun di Seminari Garum. Makin jelas bahwa ia jeblinger, orang yang keluar dari seminari sebelum lulus.
Juni lalu, saya menulis melihatnya secara berbeda. Kala itu saya menyoroti dari sudut pandang klaim cepatnya studi, di mana ia mengatakan separo dari masa studi yang ditempuh. Selengkapnya ini.
S3, ini benar, terutama alumni seminari menengah mesti paham luar kepala S3 ini. malah kala Garum S4. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan S3 Vatikan itu. Toh semua dari Vatikan, Santitas, kesucian, kekudusan, menuju pribadi yang dikuduskan demi melayani Tuhan dan sesama. Bagus kan?
Sanitas, berkaitan dengan kebersihan diri, lingkungan, dan juga otak yang sehat, jernih, bersih. Lagi-lagi baik bukan? Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Itu semua adalah apa yang dihidupi di seminari. Jadi berimbang antara makan sehat, istirahat, dan aktivitas, pun belajar.
Scientia, berakal budi yang sehat, cerdas, dan berkarakter.lagi-lagi ilmu pengetahuan menungjang yang mengarah kepada kekudusan dan juga sehat. Di sinilah peran scientia, agar dalam mendapatkan ilmu bukan untuk mengelabui, pun memahami Ketuhanan dengan cara manusiawi dan akal sehat.
Masih ada beberapa tambahan, seperti sapiensia, kebijaksanaan, atau societas, atau antara S3 itu bisa diatur sebagaimana tuntutan dan tuntunan yang mau diberikan dan menjadi tujuan pembinaan. Artinya S3 Vatikan itu benar adanya.
Beberapa hal yang perlu jernih dilihat adalah;
Status mantan pastur, mungkin bagi sebagian publik sangat menarik dan menjual. Boleh dan sah-sah saja namanya mencari uang, atau menegakan agama barunya, atau apapun. Namun alangkah baiknya jika tidak dibarengi dengan bualan, dan menistakan. Cek sajaa banyak tulisan yang bisa memahami apakah benar sejarah orang itu, atau hanya menjual sensasi.
Orang berpindah agama, sejatinya wajar-wajar saja, tidak ada yang perlu diperdebatkan. Lha menjadi aneh dan lucu ketika "pakaian" lama itu dijelek-jelekan demi mendapatkan sesuatu. Sama juga abg yang putus atau ditolak gebetan kemudian menjelek-jelekan demi mendapatkan simpati calon mertua. Lha payah.
Mau memuja yang baru juga baik dan itu betul. Kan tidak perlu dengan menjual kejelekan yang lama. Jika bisa memuji yang baru dan mengatakan yang lama dengan biasa saja, itu baru benar-benar beriman yang mendalam dan benar.