Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

Banjir Memunculkan Anies dan Risma

Diperbarui: 17 Januari 2020   13:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Banjir Jakarta masih cukup panas untuk dibiarkan menguap. Lha sudah selesai, masih saja ada demo antara mendukung dan menolak Anies. Lucu sebenarnya, ya sudahlah, konsekuensi demokrasi. 

Demo yang sama sekali tidak memberikan bantuan apapun untuk kebaikan bersama. Malah cenderung politik dan dikotomis akut yang tercipta. Ya sudahlah.

Eh malah ada peristiwa yang identik di Surabaya. Banjir yang sama melanda. Hanya berbeda sikap dan reaksi sehingga cepat surut dan pulih. Ternyata ada kejadian di luar keadaan ideal terlambat membuka pintu air, dan air memenuhi kota. Dan reaksi dan pernyataan menyalahkan pintu atau petugas pintu toh tidak ada. Jelas itu membawa dampak baik dan tidak menjadi riuh rendah.

Posisi dua daerah, dua posisi yang berbeda, dengan kisah yang sama, namun penyelesaian yang jauh berbeda. Mengapa? Sikap mental dan pola kepemimpinan. 

Lucunya mereka berdua sangat berpeluang untuk berkompetisi pada pemilihan gubernur periode mendatang. Cukup menarik dan layak ditunggu. Semoga para petinggi parpol bisa mengakomodasi kerinduan banyak rakyat melihat mereka bisa duduk dalam panggung yang sama.

Banjir Surabaya cepat surut karena memang air antri masuk pada saluran air yang mengantar mereka pada muaranya. Jelas, karena gorong-gorong memang diciptakan oleh pemimpin Surabaya secara serius. 

Pengerukan dan pelebaran lebar sungai dilakukan. Realistis. Karena kondisi tidak lagi ideal, yang bisa dilakukan adalah cara praktis sepanjang itu mungkin.

Anies benar dalam konteks untuk membuat bumi ebih baik, namun ia melompati satu fase, entah tidak tahu karena nyomot gagasan, atau sengaja karena hanya demi beda dengan Ahok dan Jokowi. 

Entahlah. Yang jelas dibahasakan dengan bahasa agamis, sunattulah, memasukan ari ke dalam bumi. Kondisi ideal memang mungkin. Tetapi kala tanah sudah jenuh dengan air, mau apa?

Kondisi yang diabaikan soal naturalisasi oleh Anies adalah lebar dan kedalaman sungai itu sudah jauh dari idealnya. Debit air sudah tidak akan tertampung, padahal kondisi penanggulangan banjir sangat mendesak. 

Mengembalikan kepada posisi awal seperti alamiahnya memang bagus dan penting, namun apa cukup setahun dua tahun dengan penuh rumah, bangunan, dan juga sampah karena perilaku jorok yang sekian lama terabaikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline