Beberapa hari terakhir, hingar bingar pembicaraan soal banjir kadang menimbulkan keributan karena pro-kontra. Lebih memilukan malah dikaitkan dengan pilkada 2017 dan pilpres segala.
Ini sejatinya jauh lebih mengerikan, karena soal kerugian nyawa dan juga harta benda yang tak terkira. Stop politisasi apapun itu, saatnya bebenah dan memperbaiki diri.
Posisi Anies, mau apapun tidak akan baik, mengapa? Karena memang secara politis dia banyak menebar paku plus secara narasi pun mulai keteteran. Nah posisi demikian, jauh lebih bijak adalah memosisikan sebagai pemimpin yang bijaksana, tidak perlu banyak narasi, malah menuding ke sana ke mari yang membuat heboh dan perselisihan yang tidak perlu.
Wegah cedak kebo gopak itu, sebuah kebiasaan bahwa orang yang sedang terkena masalah itu biasanya akan dijauhi baik teman-rekan, bahkan kadang keluarga, apalagi rival. Ada anggapan enggan ikut terciprati kotoran atau ikut menanggung risikonya.
Hal yang lumrah, dulu era Orba siapa yang berani berdekat-dekat dengan yang dicap OT atau PKI. Semua jerih mendengarnya saja, apalagi mengalami.
Kondisi yang jauh lebih berpotensi ditinggalkan dari pada yang mendekat untuk memberikan suport dan bantuan, dukungan misalnya. Nah jangan malah berlaku seolah jawara dan bisa mengatasi semua tanpa bantuan, dukungan, dan keberadaan pihak lain. Ini yang sangat mungkin terabaikan oleh Anies.
Kala ia malah membantah Menteri PUPR yang mengatakan banjir akibat normalisasi kali terhenti. Anies menjawab bahwa kawasan yang sudah dinormalisasi toh terkena juga banjir. Ia malah melebar dan mengatakan kalau kawasan ataslah yang harus dibenahi. Apa yang terjadi adalah respons tidak saja dari Menteri PUPR, namun juga Bupati Bogor.
Menteri PUPR menjabarkan fakta bahwa target kali 32 km yang harus dikembalikan pada kondisi awalnya, baru terjadi kisaran separo dan itu pun sisa karya Jokowi-Ahok-Djarot. Mulai pemerintahan Anies tidak ada perubahan sama sekali.
Kondisi yang senada sebagai jawaban dari Menteri Basuki Hadi adalah, bahwa pihak Anies yang bersikukuh soal istilah normalisasi pun setiap diundang untuk kolaborasi dengan PUPR hanya mengirim staf yang tidak tahu maksud Anies dengan istilah itu.
Eh Bupati Bogor malah lebih sadis lagi dengan mengatakan ia bukan avatar yang bisa mengendalikan banjir. Hal yang sangat wajar siapa sih yang mau dijadikan sasaran atas keberadaaan barengan begini ini?
Pun dengan Presiden Jokowi yang menyatakan soal perilaku membuang sampah sembarangan. Ini jelas bukan mau mengatakan apa-apa, selain normatif sebagai pemimpin mengajak rakyatnya memperbaiki perilaku hidupnya.