Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

Banser, Polisi, dan Harley Davidson

Diperbarui: 17 Desember 2019   10:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Banser, Polisi, dan Harley Davidson

Beberapa hari terakhir, media, baik sosial ataupun arus utama menyuguhkan dua kejadian sangat menarik. pertama mengenai seorang anggota Banser yang diprovokasi dan dipersekusi oleh oknum pegiat ormas dengan begitu keras, namun tetap tenang, sabar, dan tidak terpancing. Lebih luas nanti dalam ulasan.

Kedua, mengenai kecelakaan yang menimpa seorang nenek dan cucunya karena terlanggar sepeda motor gede, HD. Sorotan pada si kakek yang panik malah kemungkinan besar mendapatkan "bentakan" dari polisi. Cukup menarik, jika berhadapan dan diperbandingkan dengan Banser.

Mengenai kisah provokasi dan tetap tenang dulu. Pernah dalam komunitas studi, ada rekan kami yang mendapatkan julukan Crist John. Maaf Crist, rekan ini emosional, tiap tidak suka atau ada yang menyebabkannya tersinggung, selalu ngamuk dan menantang berkelahi. Unik dan menggelikan, ketika yang ditantang ini malah ngakak dan pergi, enggan ribet dan ribut, lha efeke DO je, eh rekan lain yang melihat pasti berkomentar, napa gak kau gampar, pasti kami akan membelamu dan ikut memukuli, itu selalu terjadi, pun ketika saya yang ditantang, rekan lain bersikap yang sama.

Eh ketika adikk kelas yang ditantang, saya juga panas, anaknya hanya tertawa-tawa. Sama juga dengan kakak  kelas yang bertanya mengapa saya tertawa tidak digampar saja itu, ketika kejadian ia juga hanya geleng---geleng kepala, tidak ada yang panas. Dan yang melihat yang panas.

Banser itu selain penggendalian diri yang baik, jelas ia tidak memperhatikan apa yang ada di depannya. Ia anggap angin lalu dan tidak fokus ke sana. Dengan begitu bisa tenang, tidak emosional, dan tidak berkepanjangan.

Provokasi itu fakta, ada, dan benar demikian. Mau apapun alasannya, ada makian anjing, segala, toh tidak membuat pihak yang dijadikan sasaran tidak ngamuk balik. Keren. Dua fakta, bahwa yang dari luar belum tentu berdampak, jika tidak kita izinkan.

Berbeda dengan polisi yang ada di TKP. Si kakek jelas nggriseni, ini juga fakta, bukan wewenangnya bertanya pada "pelaku", namun sikap "membentak" dan mengatakan bukan hak untuk bertanya ini yang sangat jauh berbeda dengan anggota Banser. Padahal konon berita polisi ada dua, bisa memanggil rekannya untuk segera datang, satu mengurus si kakek dan si dugaan pelaku. Tidak ada bentakan jika bijak seperti anggota Banser.

Ingat Banser itu ormas, suka rela, bukan berbayar, dan pendidikannya bukan kekhususan untuk menghadapi hal demikian. Beda dengan   polisi yang maaf, digaji untuk mengurus keadaan demikian. pun ada pendidikan dan tentunya ada juga pembinaan terus menerus. Artinya, sebenarnya jauh lebih tenang, tidak mudah terprovokasi pada keadaan, dan bisa menyelesaikan dengan jauh lebih adil dan bijak.

Konvoi dan arogansi jalanan.

Kelihatannya aktivitas touring, baik moge ataupun motor bebek, atau apapun meniru aksi dalam film-film. Bolehlah ketika itu jalanan lengang, luar pulau lah, Jawa maksudnya, bukan Bali juga konteks di Indonesia. Plus bukan kawasan wisata. Mengapa? Jalanan kita ini relatif sempit, padat, dan bahkan macet jika akhir pekan, eh mereka ini juga melakukan aksi di saat yang sama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline