Perilaku PSI dalam kinerjanya yang belum bilangan bulan cukup membuat banyak pihak terhenyak. Paling fenomenal jelas Wiliam di Jakarta yang membuat Gubernur Anies menjadi sorotan berbagai pihak. Ketua dewan pun menjadi kritis dan juga anggota lain ikut menyatakan koreksi telak. Tidak ketinggalan ICW juga mengatakan yang senada.
Miris yang di Surabaya, mungkin, ingat mungkin terinspirasi rekannya di Jakarta, maka anggota dewan ini melempar rancangan anggaran yang ia nilai janggal atau keliru. Dalam pemberitaan, akhirnya si "pelempar" ini izin ke kamar kecil dan tidak kembali. Sangat mungkin ada yang salah dan reaksinya berlebihan. Sekali lagi sangat mungkin.
Kisah ini sejatinya tidak jauh berbeda dengan apa yang sudah terjadi selama kampanye. Keberadaan PSI dengan generasi muda, belum banyak terbelit budaya dan tabiat masa lalu, terus jargon-jargonnya juga baru sangat mengganggu kaum old.
Sekian lama sudah berjalan, juga ternyata mereka tidak cukup menjanjikan, sehingga hanya memiliki wakil di beberapa kota dan provinsi, toh ternyata mereka tidak ciut nyali, malah ada yang lebay, dan off side.
Sangat wajar, masih belum lancar dan perlu banyak latihan. Namun ingat, ini politik. Dan tidak ada kata teman dalam berpollitik. Semua adalah lawan ketika saling mengait dan mengganggu kepentingan.
Dalam anggaran hampir semua senada, meskipun satu dua menaruh curiga ada pula yang meradang, seperti Nasdem dan Gerindra, tetapi ketua dewan dan partai gede seperti PDI-P sejalan.
Namun jangan kemudian terlena, ketika berbicara balapan mobil listrik Prasetyo Edy langsung berbeda. Jangan lihat satu musim, itu untuk jangka panjang, harga kamar hotel bisa berkali lipat. Ketika kader PSI meminta gelaran balapan mobil listrik dicoret.
Ingat banyak keanehan dan kejanggalan, soal kemahalan, mengenai skala prioritas, bahkan konon katanya mengalihkan dana rehap sekolah untuk dana balapan. Toh sudut pandang langsung berbeda, belum lama, masih dalam satu koridor pembicaraan anggaran. Jelas bahwa PSI perlu banyak belajar politik.
Perlu diingat dan diperhatikan oleh PSI, jika macet, keputusan yang diambil adalah voting. Teman yang sejalan itu penting, belum tentu juga yang berbicara di depan media atau depan sidang akan menentukan hal yang sama dengan yang terjadi.
Ketika banyak membela kepentingan rakyat, namun jangan lupa, cari kawan dan rekan di dalam pembelaan itu. Voting itu bisa sangat menyakitkan.
Rakyat, media sosial, change.org sebagai sarana petisi untuk memberikan tekanan publik sudah tidak ada artinya lagi, jika keputusan ada di tangan dewan. Hal ini sangat penting, jangan dilupakan, dan sangat mungkin PSI menjadi bulan-bulanan semata. Riuh rendah toh kalah dalam keputusan akhir.