Beberapa hari ini grup percakapan gemar banget membagikan mengenai kiprah Ganjar dan Risma di dalam membangun kawasan masing-masing. Jawa Tengah yang ramah investasi oleh Ganjar Pranowo dan Surabaya yang main modern dan menjanjikan dalam tangan dingin Risma. Dan Jakarta sedang riuh rendah dengan anggaran dan jawaban yang diberikan gubernurnya.
Jakarta, selain bicara anggaran juga bicara "pelanggaran" ketika malah memangkas pohon-pohon angsana sangat tua, dan itu jelas mahal harganya, jangan dikira hanya sampah. Mirisnya beaya penggantian dengan anggaran 30 M.
Toh bukan Anies sorangan yang membuat, itu ada banyak tangan dan kantong tentunya. Pun soal JPO yang dibuka atapnya dengan berbagai argumen dan narasi yang berkembang.
Wajar ketika orang memelesetkan kan ada anggaran bongkar, nanti kalau ribut diberi lagi atap, ada lagi anggaran untuk itu semua. Itu jelas sah dan wajar timbul tanya dan pernyataan seperti itu. itu semua hadir karena rekam jejak pejabat dan juga keusilan warga net yang gemes melihat kreatifitas sang gubernur rasa presiden ini.
Ganjar dan Provinsi Ramah Investasi
Berkali ulang grup berbeda latar belakang mengirimkan hal yang sama. Pembicaraan soal Jawa Tengah yang akan kedantangan investor dari China, baik yang langsung baru, ataupun perpindahan dari Jakarta, Banten, ataupun Jawa Barat. Tentu saja tidak berhenti dengan banyaknaya investor masuk. Namun juga dengan alasan mengapa pindah.
Kecerdikan menahan laju inflasi, sehingga UMR di Jawa Tengah tidak perlu naik terlalu besar sebagaimana daerah lain. Ini yang menyenangkan bagi pengusaha, dan buruh juga tidak merasa terbebani dengan gaji yang ada, karena masih mencukupi kebutuhan untuk hidup.
Kondisi perburuhan yang relatif baik, minim demonstrasi yang kontraproduksi juga menjadi pertimbangan memilih Jawa Tengah. Kondisi perburuhan Jawa Tengah memang relatif aman dari kepentingan politik sebagaimana di Jakarta misalnya. Jelas ini nilai lebih Jawa Tengah.
Kemampuan manajemen Ganjar yang menggunakan jalur komunikasi dengan banyak pihak sangat membantu kinerjanya yang cukup moncer. Memang tidak sefenomenal Ahok dalam pembangunan, namun dampaknya memang kuat. Apalagi pernyataan RS terutama milik pemerintah dilarang menolak pasien apapun alasannya sangat memberikan angin segar di tengah kekisruhan BPJS.
Risma dan Surabaya Modern
Ini pun sama gencarnya datang dalam banyak media sosial dan media percakapan. Bagaimana walikota perempuan ini bisa demikian gesit menjalankan roda pemerintahan dan pembangunan bagi Surabaya.
Adanya pembangkit listrik tenaga sampah. Atau keberanian menertawakan APBD Jakarta yang ia bandingkan dengan Kota Surabaya sudah memberikan makan 35.000 secara gratis bagi warganya.
Jelas ia bisa mengatakan itu dengan sinis karena memang ia sukses dengan pemerintahan bersih dan efisien. Logis saja uang belanja yang tepat sasaran itu dikelola dengan manajemen transpara, modern, dan akuntabel. Ini soal kehendak dan bukan semata kota atau provinsi. Capaian kota pun sangat bisa dilihat dengan mata telanjang, bukan katanya-katanya.