Anies Gak Setangguh SBY
Beberapa waktu ini pembicaraan cenderung negatif mengenai Anies demikian masif. Susah mengesampingkan tema yang satu ini. Bagaimana tidak, satu demi satu keluar data baru dan sama mencengangkannya. Pertama soal lem, kemudian tambah ballpoin, kemudian ada juga helm, cat jalan, ternyata ada juga pasir, susu, dan terakhir pembukaan atap PJO. Diperparah dengan penebangan pohon yang sudah berusia puluhan tahun.
Hal-hal yang lucu, menggemaskan, bahkan naif tentu menjadi pembicaraan yang dikemas dalam berbagai ragam cara. Ada yang marah dan memaki, ada yang mengulas dengan candaan dan ringan, pun ada yang mendukung. Sah saja asal bukan fitnah dan memutarbalikan fakta.
Nah ada beberapa pihak yang keberatan karena akan menjadikan Anies membesar dan menggunakan itu untuk playing victim, jadi ingat SBY yang sukses menggunakan momen dan politik korban, menjual derita untuk bisa menang dalam pilpres. Apakah identik dan sama? Jauh berbeda.
SBY kala itu sama sekali tidak membuat kesalahan dalam artian yang sangat fatal dan merusak reputasi siapa-siapa. Ini penting. Keberadaan SBY juga tidak cemar sama sekali, baik pribadi apalagi politis.
Bandingkan dengan apa yang terjadi pada Anies. Ia menantang dan seolah merasa paling benar. Menkeu pun dikatakan kalau kurang kerjaan silakan akan ditambahi. Lihat, betapa jemawanya gubernur ini. Juga tudingan pada sistem yang buruk, PSI yang dikatakan mencari panggung, selain ia mencemarkan reputasi orang, dia pun tercemarkan reputasinya.
Ini seperti orang yang tenggelam dan mau ditolong, malah membawa orang lain juga terserap arus, karena meronta yang tidak pada tempatnya. Atau tentara yang panik mendapatkan sergapan dan menembak bak babi buta. Malah merugikan.
Berbeda dengan keberadaan SBY. Tidak ada reputasi buruk dan dirusak oleh SBY. Jadi ketika SBY menggunakan "nasibnya" yang dijothake Mega, simpati itu hadir. Mana simpati untuk Anies, selain oleh pendukung buta karena sentimen agama semata.
Era SBY belum mengenal pejabat berprestasi. Kala itu mana mengenal pejabat yang membawa perubahan atau hanya tukang tampil di media saja? Belum ada itu capaian dan program kerja yang jelas, dan semua berjalan begitu saja. Ada menteri atau tidak, tidak berbeda. Nah ketika ada Jokowi, Ahok, Risma, dan pimda-pimda sukses dengan pembangunan dan penataan kota serta daerahlah, mulai dikenal pejabat berprestasi.
Anies ini sudah jelas dikenal bagaimana kinerjanya. Buruk dan bahkan sangat buruk. Ini bukan soal suka atau tidak. Penataan malah merusak kog, itu faktual. Satu saja bukti di mana sukses Anies, yang bisa dinilai dengan parameter jelas, bukan soal suka atau tidak. Malah kebijakannya cenderung nyleneh dan aneh, bukan membangun malah merusak. Yang sudah ada ditata ulang, ini jelas inefisiensi bukan?
Belum lagi jika berbicara soal menteri, di mana ia diganti oleh Jokowi. Diamnya Jokowi bukan berarti tidak ada masalah. Toh jawaban mengapa diganti sedikit demi sedikit terkuak kog.