Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

Basith, Soenarko, Penegakan Hukum, dan Upaya Penjegalan Pelantikan Presiden

Diperbarui: 9 Oktober 2019   09:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Basith, Soenarko, Penegakan Hukum, dan Penjegalan Pelantikan Presiden Terpilih

Beberapa waktu lalu ada serangkaian penangkapan terduga teroris, kali inipun tidak main-main, Densus 88 langsung. Salah satu yang paling membuat heboh adalah oknum dosen salah satu PTN yang diduga memiliki bom berdaya ledak cukup tinggi.

Tidak hanya berhenti pada kepemilikan bom yang awalnya disebut bom molotov, namun ada rangkaian politis karena melibatkan Soenarko, sebagaimana pernyataan kepolisian. Soenarko pernah juga terlibat dan dicokok polisi ketika ada upaya rusuh Mei lalu. Dilepaskan dengan berbagai pertimbangan dan masukan para petinggi dan eksmiliter.

Pernyataan Ahmad Basith bahwa ada pertemuan di rumah Soenarko bersama beberapa orang untuk merangcang sebuah kerusuhan. Biang rusuhnya adalah pembakaran beberapa titik yang dipicu dengan bom yang pas penangkapan ada pada tangan Basith.

Berbeda dengan Soenarko yang mengatakan bahwa hal itu  tidak ada dalam diskusi di rumahnya mala itu. Khas  bangsa ini, pasti akan ada dua versi kisah apapun itu. Polisi dan media juga berhak dan bahkan wajib untuk menyuarakan kedua pernyataan itu.

Nah menjadi penting adalah penegakan hukum,  yang seadil-adilnya. Konon ada lebih dari dua orang Basith dan Soenarko, minta saja mereka berbicara, kalau sembilan orang, tentu akan ada satu yang akan lebih, jika mencari kebenaran ala voting.

Sangat kentara ke mana muara kebenaran itu kog. Ini hanya soal sikp ksatria dan bertanggung jawab saja. Basith sebagai seorang sipil, dosen, dan juga katanya motivator cenderung, lebih bisa dipercaya. Sangat berat bagi dia berurusan dengan polisi.

Narasi cukup kencang "pembelaan" untuk Basith adalah bom itu sebenarnya minyak jarak. Nah ada lagi fakta dan data yang harus dikejar, siapa "pengubah" persepsi ini pertama kali. Kalau bergerak sendiri tanpa adanya rekayasa kog tidak. Mereka demikian aktif dan masif menjawab dalam komentar media sosial yang berbicara bom molotov.  Ingat kala itu masih bom molotov, bukan bom berdaya rusak dan berisi paku lagi.

Selalu saja kisah demikian berulang. Tidak tuntas dalam menyelesaikan persoalan, sama juga dengan kasus korupsi. Penumbalan dan pengorbanan sebagian pihak, membuat kejadian selalu berulang. Kadang dalang juga bebas berkeliaran dan berulah lagi.

Soenarko, patut mendapatkan perhatian khusus, jangan diberikan keleluasaan, berbeda jika mau dipakai sebagai umpan bagi pihak yang lebih gede. Mei dugaan terlibat, September juga, apa di balik itu semua? Apalagi berkembang soal penggagalan pelantikan presiden terpilih. Jangan diabaikan dan dilupakan begitu saja, sama juga memelihara ular beludak tanpa kandang dan pengawasan.

Penggagalan Pelantikan Presiden

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline