Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

[Salawi] Serba Salah Jokowi dan Memang "Salah" Jokowi

Diperbarui: 16 September 2019   19:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Serba Salah Jokowi [Salawi] dan Memang Salah Jokowi

Beberapa waktu terakhir ini, sedang panas dan bahkan cenderung membara semua hal muaranya Jokowi. Bahkan salah sau media membuat gambar karikatur Pinokio segala. Padahal jika mau berpikir jernih jauh dari apa yang seharusnya disematkan.

Penghangat pertama soal revisi dan pemilihan komisioner KPK. Tarik ulur, saling silang, dan dukung atau anti terhadap kedua hal itu. Semua menuntunt dan menuding Jokowi. Padahal itu adalah gawe kerja sama kedua lembaga, kepresidenan dan dewan. Keduanya harus saling  bekerja sama

Hiruk pikuk, narasi berseliweran, dan kadang ada yang tersembunyi, atau memang disembunyikan dan seolah-olah itu penuh tanggung jawab Jokowi saja. Sangat bisa terjadi, karena lemahnya budaya membaca dan bersikap kritis. Mekanisme yang benar, tata aturan bernegara yang benar, seolah diabaikan.

Kedua, mengenai  kebakaran hutan. Tuntutan baik yang serius ke Jokowi ataupun becanda berseliweran. Ketika ada yang mencoba menetralisir dengan menerangkan buat apa pemda tingkat satu atau tingkat dua, toh banyak juga yang tidak terima. Pokoknya Jokowi harus turun atau bertanggung jawab.

Lagi-lagi dan ujung-ujungnya adalah salawi, serba salah Jokowi. Namun sedikit banyak Jokowi juga terlibat dalam "kesalahan" ini. Mengapa demikian?

Ini soal kepemimpinan dan pilihan seorang pemimpin. Jokowi sebagai seorang yang bukan siapa-siapa sebagaimana ia nyatakan. Berangkat dari rakyat biasa, bukan anak kolong, bukan lulusan Akabri dan STPDN, atau jajaran elit lainnya. Anak  rakyat bukan pejabat, pengusaha dari bawah bukan pengusaha multinasional seperti Aburizal Bakri atau Sandiaga Uno.

Dari sana berasal dan berawal, maka tidak heran ia memilih menjadi pemimpin tidak berjarak, pemimpin yang bersama dan di tengah warga. Keberadaannya sama juga keberadaan warganya. Ini hal baru banget.

Selama ini presiden adalah elit, jenderal yang paling lama, dan itu kaku, protokoler, berjarak, dan tidak bisa meneriaki seperti tetangga sendiri. Lihat saja bagaimana Pak Jokowi diteriaki seperti tetangga sendiri. Mengapa? Karena rakyat tidak merasa ada jarak, merasa bahwa itu bagian dari tetangga kanan kiri. Termasuk dalam media, sehingga tidak jarang jadi kurang ajar.

Bandingkan dengan dua jenderal yang lebih dari 40 tahun mengiasi bangsa ini. Mereka teratur, raoi, protokoler lengkap, pengawalan berlapis, dan mana ada yang berani berteriak baik dalam arti sesungguhnya ataupun dalam arti meneriakan kritikan.  

Rakyat yang sedang eforia ini ditingkahi elit yang mau menangguk keuntungan membuat semua pusatnya pada Jokowi. Mereka tahu, elit ini tidak  tidak mampu melakukan seperti Jokowi. Merebut panggung juga tidak mampu, akhirnya usil saja buat Jokowi. Toh mereka juga ikut dompleng. Itu saja pointnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline