Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

Tri Susanti Tersangka dan Kisah Lucunya, Bandingkan dengan Fadli Zon

Diperbarui: 28 Agustus 2019   20:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tri Susanti Tersangka dan Kisah Lucunya Bandingkan Dengan Zon

Korlap bendera di asrama mahasiswa Papua statusnya menjadi tersangka. Cukup miris caleg tidak terplih ini  malah menyandang tersangka bukan anggota dewan yang  mulia. Aksi spontan namun ada korlap, dan domisilinya pun beda kecamatan. Jadi kalau spontan itu ada maling digebuki ramai-ramai, itu spontan, bukan warga jauh, paling orang melintas ikut geram itu baru spontan.

Lah ini, ada beberapa ormas yang terlibat, domisili korlap pun jauh. Kelucuan pertama, jelas adanya jabatan korlap ini, apanya yang dikoordinasi kalau kejadian spontan coba. Ternyata terdiri atas banyak organisasi massa dan ada juga massa lain yang ikut ke sana. Yo pantes perlu korlap, buat beli nasbung mungkin.

Mak yang mengaku bukan kader namun jadi caleg ini memang lucu, ini kelucuan kedua, ketika ia mengaku bukan kader Gerindra namun menjadi caleg. Nalarnya di mana coba, bukan kader namun caleg. Mengaku sebagai simpatisan saja. Ya karepmu lah kono.

Ketiga, ia adalah saksi sengketa pilpres di MK, yang mengaku sebagai ibu rumah tangga dan bukan BPN. Ia menyatakan adanya DPT ganda dan itu sebagai kecurangan pemilu yang TSM, dan tidak terbukti.

Keempat, mengaku sebagai ibu rumah tangga dan bukan tim dalam BPN, relawan, namun menjadi koordinator Ratu Adil yang menolak hasil pemilu di Surabaya. Hebat juga si ibu, sehingga ibu rumah tangga namun demikian getol mengalahkan Prabowo sebagai capres ada di mana-mana. MK ada, jalanan ada.

Kelima, pelapor kalau ada penistaan lambang negara, dengan adanya bendera di depan asrama Papua. Dan kelihatannya bukti itu lemah, bukan faktual, apalagi ia jauh dari posisi asrama. Akan berbeda jika itu ada warga sekitar, tinggal satu RT misalnya.

Keenam, ia dipecat FKPPI di mana ia menjadi pengurus, karena telah melakukan tindakan yang merugikan organsasi. Jelas lah bagaimana tidak, ketika menjadi persoalan berkepanjangan seperti ini, FKPPI tentu enggan ikut kena getahnya.

Nampaknya ia cukup tahu diri dan tidak merasa bagian Gerindra, memilih mengaku sebagai relawan, simpatisan, dari pada nyesek, dan sakit hati seperti kisah Ratna Sarumpaet, atau mak-mak yang ngider dan malah ketahuan hoax masa kampanye lalu.

Pemecatan dari FKPPI membuat ia belajar banyak, bahwa dalam kondisi buruk, orang cenderung akan menjauh. Hak FKPPI juga untuk mendepatk pengurus sekalipun jika memang dirasa merugikan organisasi. Miris memang ketika kejadian seperti ini.

Pelajaran penting bagi mak-mak yang lain, berpikir dan pertimbangkan dulu jika mau berbuat. Bayangkan apa sih yang ada di depan Tri Susanti ini, selain bui? Padahal Prabowo pun sudah makan nasi goreng dengan Bu Mega, makan sate dengan Pak Jokowi. Pun elit yang lain sudah baik-baik saja kog.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline