Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

Yasona, Enggar, dan Latar Belakang Ini Tinggal Saja Presiden!

Diperbarui: 12 Agustus 2019   08:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Yasona, Enggar, dan Latar Belakang Ini Tinggal saja Presiden!

Pak Jokowi pernah mengatakan periode kedua ini sudah tidak memiliki beban. Karena tidak ada lagi pemilihan yang bisa diikuti. Suka atau tidak, periode satu untuk bisa menjabat pada periode dua perlu hati-hati dalam bersikap. Apalgi label antiagama tertentu dan pelaku kriminalisasi tokoh agama, dan PKI demikian kuat.

Sah-sah saja sebagai politikus untuk hati-hati. Ingat Ahok yang malah akhirnya menjerumuskan Jakarta karena pendekatannya yang tidak hati-hati. Namanya politik, apapun bisa dilakukan dan terjadi. pengalaman berharga.

Nah pernyataan tidak punya beban ada pada salah satunya poin ini. Pembangunan infrastruktur telah berjalan sebagaimana mestinya. Program, angan-angan, dan rencana itu telah terwujud, dan tentu akan berlanjut untuk ke depannya. 

Kini saatnya membangun manusia, karakter bangsa, dan tertib hukum menjadi prioritas. Seolah masalah klasik bangsa kemarin belum sepenuhnya terurus dengan baik.

Terorisme memang berkurang jauh, namun bahwa perilaku intoleran yang juga bagian dari sel terorisme masih cukup menggejala dan kuat. Memang ini adalah penyakit masa lalu yang kini masih kuat mendera. Pembubaran ormas Antipancasila pun masih belum menemukan dampak signifikan, malah seolah balas dendam dan berlaku seenaknya sendiri.

Korupsi pun demikian, memang ini penyakit akut. Sekian puluh tahun berkeliaran seperti tikus yang menguasai lumbung pangan. Mereka malah bergolak dan melakukan perlawanan. Penangkapan demi penangkapan, namun dampak efek jera masih lemah karena kuatnya permainan politik tikus yang masih kuat.

Permusuhan pada KPK, hambatan penegakan hukum atas nama korps, perlawanan dewan, dan sebgala jenis musang berbulu domba untuk mengelabui agar dapat maling. Berbagai upaya dilakukan toh masih juga bobol. Perbaikan sudah ada, namun masih perlu lebih giat dan galak lagi.

Birokrasi malas dan lelet jangan dianggap sepele. BPJS, BUMN, dan berbagai-bagai perilaku feodalisme dan kong kalikong antarlembaga dan pengusaha masih cukup kuat. Benar sudah ada perbaikan, namun apakah itu cukup? Sama sekali belum.

Beberapa alasan susahnya perbaikan adalah, mentalitas pejabat dan hukum yang disusun oleh para pelaku yang sakit dan kotor. Ini serius, mereka sudah menyiapkan lobang-lobang penyelamatan, yang sangat merugikan bangsa dan negara.

Nama berikut seolah menjadi penghambat bukan katalis bagi perbaikan negeri;

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline