Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

Gibran, Kaesang, Bobby, Parpol Pragmatis atau Memang Malas

Diperbarui: 30 Juli 2019   12:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pemilu 2019 saja belum usai dengan sepenuhnya, pelantikan dan segala hal ihwalnya belum rampung, namun kontestasi 2020 sudah mulai menaikan suhu dan mulai menghangat. Perbincangan siapa mau jadi apa, di mana akan menyalonkan siapa. Si anu mau menjadi apa karena terinspirasi si itu dan seterusnya.

Alam demokrasi semua sah untuk menjadi apa saja, asal ada pemilih dan partai atau mengajukan diri untuk menjadi kepala daerah. Cukup menarik kinerja parpol yang masih dengan gaya lama, asal comot orang populer, tenar, dan menjanjikan. Entah benar bisa berkeja baik atau tidak, belakangan. Yang penting mentereng, jika menang dapat kursi, jika tidak cari lagi untuk lima tahun lagi.

Tenar menjadi kunci bagi kinerja parpol, tidak kaget ketika banyak artis, komedian, pegiat sosial, dan anak si pejabat ini atau itu. Dan kini yang kena sampur para elit parpol koplak adalah anak-anak dan menantu presiden terpilih Jokowi.

Ketenaran siapa tidak mengenal Kaesang dan Gibran, apalagi para pengguna dan pelaku media sosial. Mereka cukup aktif dalam becanda di media sosial. Mereka sangat tenar, populer, dan juga terbaca sangat mumpuni dalam banyak segi dan hal di dalam bidang mereka.

Mereka, terutama Gibran dan Kaesang berangkat dari dunia usaha, mereka sukses dengan dunia yang sudah digeluti, lepas dari model anak pejabat, ini poin penting dan krusial sebagai bentuk lain ala feodalisme dan menciptakan dinasti. Mereka tidak pernah terlibat secara langsung dalam dunia politik dan bernegara, selain becanda dengan isu-isu kontekstual.

Komunikasi mereka berdua juga jago. Ketenaran mereka pun karena kepiawaian mereka di dalam  menghadapi lawan-lawan politik bapaknya yang dibawa-bawa dalam ranah personal. Dan mereka tidak pernah terpancing dalam emosi dan balasan yang tidak berkelas. Ini lagi-lagi poin baik yang mereka miliki.

Kebanyakan masih beranggapan kalau bapaknya bisa, anaknya juga bisa. Nah  kelihatannya ini yang mau menjadi bahan spekulasi dari para pelaku politik dan partai politik untuk menggosok-gosok ketiga anak presiden untuk menjadi apapun. Parpol pun bak paduan suara di dalam memuja-muji mereka. Mengapa? Ya karena tenar, anak presiden yang sukses dalam gelaran pilkada bahkan pilpres, kinerjanya pun baik dan telah diakui banyak pihak.

Namun apakah otomatis demikian? Jelas tidak. Belum tentu. Benar bahwa mereka itu berprestasi dalam bidang mereka selama ini. Komunikasi sangat baik, tidak mudah tersulut emosi, hanya saja dunia politik itu bukan dunia maya, bukan dunia sosial media, dan juga bukan dunia usaha yang jelas seperti apa warnanya.

Jokowi pernah mengatakan kalau Gibran belum memiliki feeling politik, apalagi Kaesang. Pada sisi lain Jokowi juga tidak akan mendorong atau menghalangi sekiranya mereka mau jadi apa saja, termasuk menjadi kepada daerah dalam ajang pemilu kada. Jelas ini normatif sebagai jawaban orang tua yang memang sudah seharusnya.

Beberapa hal yang patut dilihat adalah;

Pertama kali yang melambungkan nama kedua kakak adik ini adalah survei dari sebuah universitas. Mereka juga cerdik, di mana musim penerimaan mahasiswa baru, mereka perlu promosi dan ternyata disambar dengan cepat oleh parpol yang memang dasarnya pemalas dan lamban itu. Tidak  apriori juga pada penelitian mereka, namun sergapan para elit parpol ini yang malah maaf menjijikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline