PKS Partai Paling Riuh-rendah Kini Sunyi Sepi
Siapa yang tidak tahu PKS dan intriknya sebelum pemilu. Menggadang-gadang sembilan kader terbaik untuk capres dan cawapres, yang tersingkir oleh konon katanya kardus. Satupun tidak ada yang mendekati untuk menjadi bakal capres ataupun cawapres.
Upaya masih dengan #2019gantipresiden, sempat heboh dan terjadi polemik yang cukup tajam di pertengahan 2018. Ada anggapan mencuri star, ada yang mengaitkan dengan upaya mengubah pemerintahan, dan banyak hal lain. Toh sama saja tidak membawa kader mereka ikut dalam kontestasi tertinggi.
Persoalan pilkada dan kekosongan jabatan DKI-2 juga turut memeriahkan keberadaan PKS. Namun lagi-lagi hanya menjadi sebuah penantian tiada kepastian. Malah seolah menjadi bahan olok-olokan dan ping-pong, terumata oleh penguasa Gerindra DKI dalam tangan M. Taufik.
Mekanisme yang berubah-ubah tidak karuan membuah PKS serba salah. Mau membangkang, bisa kehilangan peluang wagub, menurut toh dipermainkan dan hanya menjadi korban dan korban lagi. Hingga usai pilpres dengan segala hal ikhwalnya toh DKI-2 seolah terlupakan.
Memang sedikit terobati dengan pileg yang lumayan. Dengan gegap gempita dan keriuhrendahan yang mereka pilih, cukup membuat suara mereka cukup besar. Ditambah kaderisasi mereka yang memang militan dan susah berubah.
Kondisi cukup berbeda dengan pilpres, mereka diam seribu bahasa usai koalisi mereka sejak hitung cepat memiliki potensi ketinggalan. Mereka jauh lebih realistis dan cukup nyaman dengan pileg, mana duli dengan pilpres.
Partai lain ribet dan ribut, seperti Demokrat, mereka diam saja. Perilaku Demokrat ramai sudah mereka lakukan sebelum pemilu dan itu bermanfaat, dari pada yang didapat Demokrat. Sisi ini membuat mereka hingga kini seolah sendirian saja.
Di tengah kasak-kusuk kabinet dan mau atau menolak bergabung dengan pemerintahan, seperti Demokrat yang berhitung soal 2024 untuk AHY. Atau PAN yang cukup galau karena reputasi sepanjang tahun pemerintahan kemarin, dan juga keberadaan si sepuh AR yang serba galau bersama dengan Jokowi.
PKS diam seribu bahasa, tidak ada juga sinyalemen, apalagi tawaran untuk bergabung. Hal yang cukup jelas arah dan ke mana pemerintahan ke depan mau dibawa. Keberadaan yang serba nanggung, hanya mungkin hanya dengan Gerindra, jika tidak diajak pula untuk bersama-sama membangun negeri.
Perlu beberapa hal yang layak dilihat, jika keberadaan ini benar-benar terjadi: