Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

PKS Si Serasa Soulmate yang Dikadalin Terus-menerus Oleh Gerindra

Diperbarui: 21 Maret 2019   09:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Hasil survey yang banyak pihak nantikan, Kompas yang sering dinilai lebih obyektif, netral, dan tidak partisan sudah dipaparkan. Salah satu yang menarik adalah prosentase dukungan dari partai politik. Hampir semua tetap ada pada dua posisi.

PKS salah satu partai dengan dukungan relatif ajeg dan tidak banyak mengalami pergolakan. Cukup wajar, bisa dimengerti, dan normatif ketika mereka masih ngarep banyak wakil gubernur DKI. Persoalan yang berkepanjangan yang belum ada titik terang.

PKS serasa jodoh dan sehati dengan Gerindra, sayangnya Gerindra malah anggap biasa saja. Jangan-jangan bak cinta bertepuk sebelah tangan. Kisah klasik, sayangnya tidak ada dukun yang bisa membantu. Padahal biasanya kan cinta ditolak dukun bertindak, apa kursi ditolak kardus bertindak?

Posisi PKS memang sangat lemah, padahal militansi kader, pengikut mereka paling kuat. Dan itu sangat menguntungkan koalisi 02. Militansi dan gila medso yang sangat lekat cukup  banyak membantu. Namun posisi PHP DKI 02, cukup menjengkelkan juga sebenarnya.

Kisah PKS di-PHP-in Gerindra ini sebenarnya bukan barang baru. Jauh-jauh hari sebelum masa pilpres, mereka sudah memberikan sembilan nama untuk capres atau cawapres, toh tidak ada satupun dilirik oleh kebersamaan mereka. Susah juga dengan nama-nama yang disodorkan toh tidak cukup menjual.

PKS masih bisa berharap dengan ijtima ulama yang masih merekomendasikan dua nama kader mereka. Harapan sempat menguat ketika nama kedua elit mereka dengan dukungan ulama ala mereka itu bisa menekan capres yang ada untuk mengajaknya dalam perahu koalisi.

Sayang seribu sayang, terbitlah kardus menggeser rekomendasi ulama. Terkapar dengan telak, KO pukulan hook di rahang yang tidak tertutup oleh perlindungan tangan, terjengkang dan terjungkal dengan parah. Hitungan berapapun tidak akan mampu bangun lagi.

Mana ada parpol tidak sakit hati dan tetap bersemangat, ketika semua calon tidak ada kader atau simpatisan mereka. Sejak pilihan presiden tahun lalu, hanya penjadi penggembira. Ada dua kandidat dari Gerindra dan PAN. Ke mana kader PKS? Nonton. Timses pun bukan dari kader mereka.

Masih bisa berharap jadi menteri, eh kalah dan jadilah makin menggila dengan kisah berkepanjangan selama lima tahun. Sok-sokan menjadi oposisi garang namun tidak jarang kacau balau. Aksi-aksi lelucon berkali ulang yang tidak menuai simpati.

Pilkada DKI  menemukan momentum untuk bisa setara sebagai partai besar, cukup wajar ketika mereka masih berharap untuk mendapatkan kursi, toh tidak juga. Apalagi fokus pokoknya bukan Ahok demikian masif. Kecenderungan mereka asal menang tidak perduli dari mana orangnya. Mereka puas karena menang.

Pilpres edisi ngarep masih berlanjut. Ada satu slot kosong dengan cukup percaya diri akan diusung menjadi cawapres karena tidak akan mungkin bisa menyingkirkan si tuman, yang berkali-kali nyalon. Ini bukan ibu-ibu ke salon, tetapi menyalonkan diri menjadi presiden.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline