Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

Potensi Kritis Suara Jokowi

Diperbarui: 17 Maret 2019   13:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Potensi Kritis Suara Jokowi, Jangan Terlena Hasil Survey. Hal yang cukup penting, agar semua bersiap bukan malah berdiam diri.

Koalisi 02 sejatinya tahu dan paham sudah habis. Hanya demi menyemangati diri dan gerbongnya agar tidak lari mereka berjuang dengan sekuat tenaga, sayang hanya berkisar pada kejelekan pihak lain. intensitas ke dalam sangat lemah, sekalinya pun tidak memiliki argumen cukup kuat.

Soal survey internal mereka yang menjadi rujukan, meskipun data dan fakta susah menerima hasil survey atau hanya sekadar polling. Karena internal yo biar saja jika memang mau dipakai sebagai kebenaran satu-satunya.

Pendukung keyakinan itu adalah survey Amerika Serikat selalu menjadi kompas utama mereka. Di mana Hillary Clinton yang selalu teratas dalam survey masih juga kalah oleh fakta kemenangan yang diraih Donald Trump. Boleh-boleh saja, tetapi perlu dilihat bagaimana perilaku pemilih USA, dan cara pemilihan yang berbeda, serta isu dan wacana yang dikembangkan.

Soal pemilihan di USA cukup berbeda. Kalau suara orang per orang toh Hillary menang kog. Trump memang menang dalam electoral vote. Ini berbeda dengan pemilu di Indonesia, sekaligus susah survey untuk melihat hasil electoral vote.

Isu yang digembar-gemborkan Trump sangat mengusik keberadaan warga USA, di mana itu tidak ada sama sekali di Indonesia. Mengembalikan kejayaan Indonesia yang mana, malah sekrang sedang jaya-jayanya. Beda dengan USA yang rakyatnya rasakan.

Perpolitikan Indonesia dan USA itu jauh berbeda. Di USA kepedulian soal politik sangat rendah, bayangkan di sini anak SD saja tahu Jokowi Ahok, anak belum sekolah pun sudah viral menyatakan dukungan untuk Jokowi. Jauh berbeda, gegap gempitanya sangat bertolak belakang.

Peraan kyai kampung dan sesepuh sangat kuat. Budaya dan kebiasaan USA mana ada model demikian. Ini jelas cukup berbeda. Dan peran mereka sangat sentral ketika  mereka berkata, habis perkara, bisa dalam komunitas pesantren, pendidikan, atau kawasan, kampung dan sebagainya.

Selalu diulang kedua adalah Jakarta. Di mana ini juga berbeda kasus cukup kuat. Bagaimana kandidat kali ini  jelas berbeda, tidak ada tudingan kasus hukum apalagi agama yang cukup kuat. Tidak heran memaksakan kasus atau fakta yang mau disangkut pautkan dengan presiden. Akan berbeda jika  cawapresnya bukan KHMA. Jelas gorengan PKI dna antiulama mendapatkan legitimasi lebih  lagi.

Kondisi Jakarta yang hendak dinasionalkan sudah habis karena reputasi Jakarta yang merupakan representasi 02 itu kegagalan dan kehancuran semata. Artinya nasionalisasi Jakarta termasuk surveynya adalah kegagalan dini.

Cukup sederhana membalik keadaan itu, mengapa tidak pernah menampilkan rujukan adalah kondisi dan survey Jawa Tengah. Jelas jauh lebih identik koalisi 01 vs 02, meskipun ada beberapa lukir posisi koalisi. Toh ini jauh lebih memberikan gambaran pilihan presiden mendatang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline