Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

Helikopter, KRL, Ambulance, dan Polah Politik

Diperbarui: 9 Maret 2019   08:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kemarin dapat kiriman meme, dalam media percakapan,

Presiden yang merasa rakyat biasa

dan

Rakyat biasa yang merasa presiden

Dan reputasi mereka berdua dengan seluruh timnya, menampilkan sisi yang jelas seperti apa warna dan rupa mereka. Apa yang tersaji memudahkan pemilih untuk memberikan kepercayaan mereka. Gampang dan sederhana untuk  memilih mana yang lebih menjanjikan.

Apa yang ditampilkan dalam waktu yang hampir bersamaan,  masih dalam hitungan jam, sehingga seolah itu ada rencana di balik itu semua. Kisah pertama soal Jokowi sebagai presiden dan juga salah satu kandidat presiden naik KRL. Jelas akan ada pro dan kontra untuk itu. Pun tidak sedikit yang miris soal keselamatan presiden. itu semua sah-sah saja. Semua berdasar pola pikir dan latarbeakan masing-masing.

Kedua, ada capres yang menggunakan helokopter untuk datang ke tempat kampanye. Lagi-lagi juga pro dan kontra, dan itu juga sama hak masing-masing yang mau berkomentar dengan sudut pandang masing-masing. Ada yang menyoroti sebagai perilaku elitis, mengapa tidak darat, dan seterusnya. Pun bisa terjadi pandangan bahwa itu sebentuk efisiensi dan keamanan. Sama benarnya.

Kisah ketiga, ketika ada pelaku politik yang menghindari pengadangan dengan mengendarai ambulance. Mungkin tidak akan berkepanjangan, jika tidak memajang photo diri sedang di dalam mobil yang bukan peruntukannya itu. 

Ada interpretasi bahwa mereka  menjual derita, adanya penolakan sebagai wujud pemerintah  yang paranoid, dan itu sama juga dengan tafsiran orang lain yang mengatakan, bahwa mereka tidak patut karena menggunakan angkutan orang sakit dan memudahkan akses di jalan demi kepentingan mereka.

Dalih mereka pun akhirnya akan berkisar pada pembelaan diri dan ujung-ujungnya pemerintah, apakah ini  pemikiran buruk semata, tidak juga, karena selama ini reputasi mereka telah menjadi rujukan, ke mana arah isu itu.

Ndilalah, kog yang menggunakan "penyelewengan" itu ada pada satu sisi yang sama.  Hasil menjadi tujuan akhir dengan membenarkan cara-cara yang tidak benar sekalipun. Berkali ulang hal ini terjadi. Kasus oplas dan pengeroyokan belum kering mulut berbusa itu contoh konkret lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline