Susah memang menghadapi capres yang satu ini. Mosok ada membezuk istri presiden keenam, sempat-sempatnya mampir ke salah satu pasien, yang merupakan anak caleg dari partai surga, sekaligus artis. Di sana ia memberikan hadiah boneka dan berjanji mengajak ke istana Bogor. Istrinya mendoakan cepat sembuh dan balik ke Indonesia.
Terlalu, kata Mbah Peank dan Bang Oma, sesepuh partai yang ibu pasien bela pun ada di sana, belum ada pemberitaan apapun, apalagi media sosial yang selalu up date, juga tidak mewartakan adanya kunjungan itu. Artinya benar kan terlalu, mendahului yang lebih dekat. Apa namanya kalau bukan pencitraan.
Berkali ulang, perilaku pencitraan itu dilakukan. Sok-sokan membuat BBM satu harga. Kan songong dan belagu kata orang Betawi, sudah enak-enakan, nyaman, eh harus dicabut subsidinya. Begitu pun harga naik turun kek ingus itu. Enakan dulu, BBM naik dan turunnya sesuai kepentingan penguasa. Mayan bisa nimbun dulu dan pas naik dikeluarin. Sekarang naik turun gak ngaruh. Ganggu orang mau enak kog.
Gegayaan memang presiden satu ini, mosok melimpah doktor, bahkan profesor yang kompeten di Kelautan, malah orang lulusan SMP suruh kelola kementrian. Pantes saja bisanya hanya nenggelamin kapal. Pantes kalau banyak nelayan makin susah berlayar dan cari ikan. Coba gak gaya dengan memercayakan pada lulusan SMP. Memalukan bukan, di kancah internasional?
Free Port yang enak-enakan untuk bancaan, eh gaya diambil alih. Syukurin Amrik marah dan gak lagi dukung. Mau andalkan siapa coba kalau Amrik marah? Mau minta dukungan China aseng dan kuminis itu? Srahnya jelaskan ke China karena memang keturunan aseng. Pantes saja ngelawan Amrik.
Menyakiti orang Jawa yang sudah memilihnya, banyak pemilih dari Jawa yang dikecewakan, karena lebih memilih Papua sana. Buat apa coba dibangun hanya untuk segelintir orang. Bayangkan penduduk cuma seumit begitu harus diberi banyak banget. Kan orang Jawa jadi kekurangan dana dan kesempatan membangun. Payah pilihannya memang.
Tuh bangga dan bergaya hanya potong pita atas rencana Harto, pembangunan Beye saja mengaku sudah membangun jalan tol trans Jawa. Semua juga bisa karena sudah direncanakan dan dibangun presiden-presiden yang lalu. Gunting pita sih gampang. Apa mampu mikir dan merencanakan seperti Harto dan Beye? Gak akan.
Buat apa sih kereta cepat, LRT, MRT hanya pemborosan dan menyenangkan elit semata. Rakyat kebanyakan tetap saja hanya ndlongop, dari utang lagi uang yang dipakai. Mosok semua rakyat harus bayar utang yang nikmati hanya segelintir. Ke mana keadilannya kalau begitu?
Ormas baik-baik dibubarin, orang kritis dibui, medsos diintip, dikit-dikit ditangkepin, padahal mereka pejuang dan membela agamanya. Mosok pembela agama dibui karena tidak mendukungnya. Dasar pemerintah otoriter, tipis kuping yang tidak mau mendengar masukan. Kalau mendukung omong apapun boleh dan bebas dari jerat hukum.
Pencitraan sok sederhana, kumpulkumpul keluarga dan photo-photo padahal pakai uang rakyat, manggil wartawan lagi. Buat apa coba, mana ada presiden sebelumnya begitu. Ke mana-mana baju putih, tapi rekening di luar negeri banyak. Omong kosong ditutupi baju sok sederhana.
Kalah debat menjebak rivalnya dalam debat pilpres, bahasa Inggris belepotannya mana dipahami dengan baik oleh orang yang bahasa sehari-hari dengan bahasa Inggris. Jelas mempermalukan karena kalah kelas dalam debat.