Kartu mati koalisi 02 itu justru orang dalam sendiri. Salah satunya ada pada Fadli Zon yang ugal-ugalan. Belum lagi Ferdinand yang jauh dari jargon pendiri dan ketum Demokrat itu di dalam setiap pernyataannya. Model memaki baik dengan lugas ataupun sok puisi, hasilnya sama.
Coba bayangkan lebih jauh soal puisi dan doa itu, siapa yang jadi tudingan dan paling tidak menjadi ogah? Pemilih dari Jawa Tengah. Mengapa? Asal Kyai Moen adalah Jawa Tengah. Karakter Jawa yang sangat kuat, pasti akan mempengaruhi pemilih untuk mau memilih usungan 02. Hampir pasti enggan.
Apa yang dilakukan ini sih penyerang ngotot membuat gol, eh pemain belakang malah umpan kepada kiper dengan tendangan sekuat tenaga, dan gol ke gawang dhewek.
Peta politik Jawa Tengah yang dulunya masih sedikit memberikan suara pada pasangan 02 kini, susah lagi diharapkan. Mengapa? Suara mereka berasal dari NU yang ada di PPP, salah satunya adahal hasil dan pengaruh kharisma Mbah Moen ini.
Kemarin pun para santri masih mengelu-elukan dukungan periode lalu. Dengan sikap dan balasan Zon yang mempermalukan kyainya, apa iya santrinya masih mau memilih yang sama? Ironis, mau merebut suara kog malah betingkah.
Jika berkaca dari pilgub yang lalu, ini jelas lebih parah lagi asumsi politisnya. Pilgub peta berbeda, dan tidak cukup sebagai alasan untuk bisa linear dengan pemilihan presiden kali ini. Pilgub saja kalah dan jangan lupa pasangan yang mereka usung banyak tidak mendapatkan suara sama sekali dalam TPS, alis kosong, nol besar.
Itu di daerah yang juga sudah direndahkan dengan bicara soal tampang kemarin. Kemungkinan nol di TPS, akan makin banyak dan bertambah.
Peta pengusung parpol pun demikian. Hampir tidak koalisi 02 memiliki basis massa kuat di Jawa Tengah. Pilgub kemarin suara PKB jauh lebih memberikan dampak pemilih pada Ida, bukan sosok Sudirman Said dan PKS-nya. Pun dengan Gerindra yang makin ugal-ugalan ini jelas bukan pilihan realistis orang Jawa Tengah. Dulu masih cukup kuat karena kebersamaan dengan PDI-P. Sikap nasionalisnya makin jauh tergerus.
Pergerakan dengan mendirikan pusat pemenangan dan timses BPN di Solo hanya sebuah aksi tidak berdampak sama sekali. Itu hanya mau gagah-gahan yang mereka paham tidak berarti. Malah dijawab di Madiun ketika ada cawapres mereka datang disambut dengan banner pilihan mereka sudah bulat. Di kawasan yang sama sikap demikian juga makin kuat.
Maksud mempermalukan namun malah kebobolan amat parah. Harapan pantura sebagai kawasan yang masih memegang teguh kata sesepuh dan ulama, jelas telah ternodai oleh perilaku ngawur tingkat tinggi elit partai sendiri. Jelas signifikan, karena suara yang seuprit malah diguyur sendiri ke lautan. Hilang jelas.
Jawa Tengah adalah strategi bunuh diri yang salah fatal dan aksi bunuh diri siaran langsung. Gagah-gagahan yang tidak ada maknanya sama sekali. Selain kebanggaan dan kegagahan semu semata. Membesarkan diri yang tidak berdampak.