Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

Indonesia Barokah dan Politik Kebo Ijo Modern

Diperbarui: 27 Januari 2019   11:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beberapa waktu terkakhir, ada keriuhan baru, ketika masjid-masjid mendapatkan kiriman model tabloid dengan nama Indonesia Barokah.  Ingatan orang dan politikus langsung pada model Obor Rakyat dengan model, cara, dan isi yang cenderung identik. Sasaran adalah masjid. Memang soal isi bertolak belakang, ini yang membuat makin panas tensinya.

Era kerajaan cukup familiar dengan kisah Ken Arok dengan  Kebo Ijonya. Pribadi yang cukup narsis, jika ala sekarang, Kebo Ijo selalu memamerkan keris saktinya. Ke mana-mana ia tunjukkan dan pamerkan kesaktian pusakanya itu. kalau sekarang mungkin selfie dan up date status dengan pusakan saktinya.

Ketika keris itu menancap pada tubuh Tunggul Ametung, tersangka kuatnya siapa lagi, jika bukan Kebo Ijo yang banyak saksi melihat dan tahu senjata itu dibawa-bawa si Kebo Ijo. Rekam jejak masih mengandalkan ingatan, dan kesaksian yang kasat mata. Belum ada CCTV siapa yang mengambil keris dari Empu Gandring, siapa yang memberikan kepada Kebo Ijo dan seterusnya. Apalagi masa itu, kesaksian sangat mudah diciptakan. Akhirnya Kebo Ijo menjadi satu-satunya terdakwa pelaku pembunuhan akuwu dan mati hukumnya.

Obor hampir lima tahun lalu dengan isi yang sama-sama dipahami, sudah membawa pimpinannya menjadi terpidana. Toh masyarakat juga tahu kebenarannya, meskipun dampak itu semua semua hingga hari ini masih cukup kuat. Pengakuan pihak yang kini berpindah haluan, bahkan cukup inti yang mengatakan tahu bahwa isi Obor itu seperti apa, artinya kebenarannya sama-sama bisa dengan mudah dinilai.

Jelas sebelah kubu mana yang didukung, meskipun tetap diakui bukan tim sukses mereka secara resmi. Toh dampak dan hasilnya siapa yang menikmati. Toh sangat  logis model demikian, apalagi sampai menjadi urusan hukum, paling aman ya tidak berkaitan.

Model distribusi menggunakan  alamat masjid, dan penelusuran alamat penerbit juga tidak ditemui. Pilpres usai dan makin gamblang terkuak siapa dan ke mana tujuan politik dari penerbitan ala OR waktu itu. Dan itu dengan mudah ditemui isinya, siapa saja yang memihak dan mendukung OR atau berseberangan, dan faktanya yang mana lebih mendekati kebenaran hingga kini ada komplet. Beda dengan Kebo Ijo.

Kini, 2019, hadir yang namanya IB, pengiriman ke alamat dengan model yang sama dengan OR. Pelaku dan penanggung jawab pers mengatakan itu bukan produk jurnalisme yang baik. Dua kubu yang berkontestasi pada pilpres berdiri saling berhadapan. BPN menuduh itu mendiskreditkan usungannya, pelaporan polisi dan Bawaslu. Wajar.

Sisi lain TKN mengatakan, kan bukan hoax dan itu fakta mengapa sewot? Tanpa adanya klaim dan pengakuan bahwa itu ulah mereka. Ini juga wajar, karena isinya cenderung menguntungkan pihak mereka. Wajar juga.

Siapa paling mungkin di antara keduanya yang melakukan? Apa benar tudingan BPN atau hanya sesederhana pernyataan TKN?

Melihat polanya orang langsung teringat siapa pelaku di balik OR. Jadi tidak salah jika ada kecurigaan pelaku adalah 02, karena perilaku masa lalu bisa menjadi rujukan yang cukup signifikan. Susah membantah.

Soal isi ini yang menjadi pembenar bagi kubu 02 mengaitkan bahwa ini adalah gawe kubu sebelah yang hendak menjatuhkan usungannya di dalam pilpres. Cukup logis dan bisa diterima nalar sehat.  Toh memang demikian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline