Terima Kasih pada 53,15% Pemilih Jokowi, Kilas Balik 2018, Jokowi Lagi
Terima kasih pada pemilih pasangan Jkw-JK pada 2014 lampau. Kini bangsa ini bisa berbangga memiliki negara dan menjadi bagian bangsa Indonesia. Selama ini ketenaran bangsa ini hanya berkutat pada kegagalan jika berbicara olah raga, atau terkenal dan bahan pembicaraan karena korupsi atau terorisme. Namun sepanjang 2018, jauh lebih membanggakan, paling tidak ada gelaran Asian Games yang sukses termasuk luar biasa.
Entah seperti apa jika dulu tidak memilih pemerintahan yang ini, mungkin masih bangga dengan perolehan satu, dua, paling banter empat keping emas, begitu pun sudah heboh dan banyak yang merasa paling berjasa. Era itu sudah lampau, kini olah raga bukan semata instan namun ada perencanaan.
Hasil luar biasa itu bukan hanya karena proyek instan sebagaimana biasanya, ada upaya yang berjenjang dan menjanjikan sebagai sebuah proses berkelanjutan. Pemerintah siap memfasilitasi para calon dan para atlet sehingga mereka bisa berprestasi.
Masalah klasik adalah mengenai kesejahteraan dan masa depan atlet. Di titik inilah pemerintah memberikan solusi dengan bonus yang cukup besar, sehingga atlet terpacu, beda dengan dulu-dulu yang banyak potongan di sana-sini, kini belum upacara penutupan bonus sudah cair, penuh tanpa potongan dan langsung ditransfer.
Masa depan, usai masa jaya atlet sering juga menjadi masalah. Pemerintah memberikan alternatif untuk menjadi ASN, dan itu sudah dibuktikan dengan ikut seleksi ASN 2018 lalu. Pemberitaan banyak, bisa dicek daripada mengulang pemberitaan media. Hal baru, di mana biasanya masa tua atlet banyak yang terkatung-katung, sedangkan ketika berjaya menjadi kebanggaan, seolah habis manis sepah dibuang. Pemerintah kali ini berbeda.
Proses untuk menjadi atlet berprestasi itu perlu yang namanya seleksi dan pertandingan. Ini menjadi prioritas untuk masing-masing cabang olah raga mengadakan seleksi dan pertandingan, bahkan ke luar negeri. Semua anggaran dan dana disiapkan oleh upaya pemerintah. Mengapa kini bisa, dulu ke mana, pemerintahannya? Jelas bukan tiba-tiba banyak dana bukan? Atau dananya untuk bancaan pada masa lalu?
Suka atau tidak, sukses AG dan APG adalah gawe besar yang patut disyukuri, bahwa pilihan 2014 itu benar. Jika salah, jangan harap ada model sukses seperti itu, masih menunggu bejan, durian runtuh bukan karena program.
Pembangunan infrastruktur, salah satunya adalah menyambungnya Jakarta-Surabaya dengan jalan tol. Masih banyak kenyinyiran yang sejatinya mau menunjukkan sikap iri dan lho mengapa dulu aku tidak bisa, ini bagi yang sudah memimpin lama tanpa hasil yang sebanyak pemerintahan ini, jadi iri dan dengki bisa dimengerti.
Pengertian pembangunan infrastruktur itu tidak sebatas jalan lho, namun juga bendungan, saluran irigasi, jembatan, dan banyak lagi. Nah ternyata banyak yang mau mereduksi sebatas kepentingan semata, sehingga seolah-olah hal ini sia-sia. Bisa dipahami.
Bagaimana tidak, pola pikir sempit, sepenggal-penggal, dan sektarian memang sangat biasa bagi bangsa ini. Lihat mengatakan kalau pembangunan beton tidak dibutuhkan rakyat, rakyat tidak makan beton, dan sejenisnya. Coba bagaimana bisa begitu jembatan terputus, langsung teriak bagaimana pemerintah harus bertanggung jawab meretas isolasi kawasan. Langsung terbantahkan tesis oposisi malas berpikir ini.