Kondisi koalisi 02 sulit menjadi solid karena kepentingan 2024. PKS, PAN, dan PBB, atau Berkarya tidak demikian menjadi persoalan, karena posisi mereka memang tidak cukup signifikan bicara 2024. Sangat berbeda dengan Demokrat bersama AHY-nya jika berbicara 2024. Sebenarnya 2019 saja AHY dan SBY sangat berharap sudah masuk kancah pilpres. Apa daya terhalang kardus.
Kepentingan yang masih saling tarik di dalam kebersamaan mereka cukup sulit disatukan. Hanya dalam bahasa jubir dan ketika berbicara di depan media saja mereka mengaku solid, saling dukung, dan bahasa normatif lainnya yang senada. Pada dasarnya susah seperti itu.
Paling tidak ada tiga kepentingan mendesak di antara partai-partai paling kuat di dalam koalisi ini. pertama, Prabowo dengan masih eksisnya Gerindra. Kedua, Sandi kali ini hanya menjajagi, yang lebih akan getol di periode mendatang. Kali ini masih investasi politis. Ketiga jelas Demokrat yang akan tetap mengajukan AHY di 2024 mendatang.
Prabowo dan Gerindra
Susah mengharapkan Gerindra tetap besar, paling tidak sama dengan periode lalu, tanpa mengajukan Prabowo menjadi capres. Mengandalkan Fadli Zon, Dhani, Habiburohman, dan sejenisnya mana bisa pemilih percaya. Mereka berbicara saja belepotan. Prabowo tahu persis, bahkan mengatakan tidak bisa mengatur Zon yang demikian. ini kartu mati bagi Gerindra. Tentu Prabowo tidak mau Gerindra hanya numpang lewat dalam sejarah pemilu.
Sebenarnya lebih baik jika Prabowo lebih mendorong Muzani, Desmon, banyak kader waras dan bisa bersikap obyektif, daripada komentar kontroversial merugikan selama empat tahun ini. perjuangan Prabowo malah digerogoti sendiri dari dalam karena model bersikap politik yang buruk ala Zon dan kawan-kawan.
Pemilih Gerindra itu pemilih fanatis, bukan pemilih rasional, dan ini perlu tokoh yang bisa menjadi daya tarik, hanya Prabowo yang bisa. Pilihan yang memang cerdik karena tidak ada lain. para pemuja itu hanya ndopleng hidup lewat Gerindra bukan membesarkan Gerindra. Perlu pemikiran lebih untuk bisa bertahan usai Prabowo.
Sangat wajar ketika Prabowo seolah-olah malas seperti klaim Andi Arief, Prabowo sudah capek ini, menghadapi tingkah polah anak buahnya yang memiliki misi masing-masing. Begitu jauh berbeda dengan sepuluh tahun lalu di dalam bernegara.
Sandiaga Uno antara Pilpres 2019 dan 2024
Hal yang tidak bisa disangkal, karena 2019 toh sudah dipahami, sangat sulit untuk bisa melawan Jokowi. Politik rasional juga akan setuju, toh tidak ada yang salah dan fatal di dalam pemerintahan selama empat tahun ini. cukup wajar dan nomal, bahkan kalau mau jujur juga mereka akan mengakui kog. Investasi semata kali ini.
Mengenai kampanye yang menyerang bak babi buta kadang tanpa fakta itu ya memang harus dilakukan. Lucu juga jika maju hanya untuk kalah dan menyerah sebelum bertanding. Kan bisa saja berharap siapatahu menang, kan lumayan, bisa untuk ke depan juga. Tetap bahwa kali ini hanya setengah hati, setengah gas saja, soalnya mengukur diri juga. Beda jika 2024.