Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

Koalisi Tagih Janji

Diperbarui: 16 November 2018   05:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Cukup lucu juga sebenarnya perselisihan antara Demokrat dan Prabowo-Sandi, usai SBY menyatakan bahwa Prabowo tidak membantu bagi Demokrat dalam  konteks pemilu legeslatif.  Hal yang sebenarnya memamg logis dan normal, bagaimana bisa mengangkat partai-partai, ketika fokus mereka saja tidak jelas sejak awal.  Pun Yusril Izha Mahendra, selaku ketua umum PBB menyatakan bahwa mereka belum memiliki konsep untuk maju bersama.

Cukup mencengangkan ketika Sandi tiba-tiba ingat janjinya kepada AHY dan SBY, untuk maju bersama, memperoleh suara yang sama-sama dan cukup kuat di legeslatif juga pilpres. Padahal jauh hari, ketika Yusril mengajukan draf koalisi mereka, Sandi mengaku belum memiliki pemikiran atau konsep bagi partai-partai pengusung selain perjuangan untuk capres. Ada ketersalingan dan simbiosis mutualisme.

Apakah trik dan intrik saja saling tagih ini? Karena kog seolah pola yang sama terjadi. pemilihan wakil gubernur DKI yang terkatung-katung bisa ada upaya ketika tagihan dilakukan terus menerus, ala PKS. Dan kini Demokrat menggunakan cara yang sama. Namanya juga usaha.

Apa yang ditampilkan dan dinyatakan Sandi mengajak AHY berjalan bersama dalam kampanye, itu seolah menjawab koalisi keumatan, di mana justru SBY ditinggalkan. Pilihan jelas sudah ditentukan bahwa mereka tidak melupakan SBY dan Demokrat.

Pilihan ini bisa menjadi indikasi, bahwa koalisi keumatan kembali sebagaimana ijtima ulama yang tidak dipandang oleh Prabowo. Posisi yang memang tidak ada apa-apanya, koalisi ini lebih realistis bersama AHY yang jelas memiliki gerbong dan itu sah secara hukum. Di balik itu juga hendak memperlihatkan bahwa Rizieq Shihab sudah habis.

Mengapa? Koalisi keumatan dalam pernyataannya beberapa kali mengatakan bahwa draf mereka sudah mendapatkan persetujuand dari RS dan alumni 212. Pengulangan pernyataan itu berarti mau memperlihatkan posisi penting yang diulang, dan seolah hendak memberikan tekanan bahwa ini adalah pilihan yang harus disetujui.

RS sekarang tinggal nama semata, tidak lagi memiliki daya untuk bisa mempermainkan bidak di dalam kancah politik terkini. Posisinya di Mekah tentu menyulitkan gerak dan langkahnya.

Konsolidasi bagaimana, ketika info terkini pun sangat terbatas yang ia mengerti dengan baik. Secanggih apapun alat komunikasi, tetap saja terbatas dan susah ketika tidak menghadapi secara langsung, baknya dinamika yang tidak bisa dijembatani oleh media secanggih apapun, selain kehadiran fisik.

Pergerakan alumni 212 pun sudah tidak lagi signifikan, maka mau apapun dilakukan, sudah tidak cukup menarik dan menjanjikan. Hanya pengulangan yang ada, dan itu-itu saja. Tidak ada yang baru, karena hanya berbicara hal yang itu-itu saja. Momentum tidak ada, mencari dan menciptakan juga tidak mampu. Sudah lewat memang.

Amien Rais yang sering menjadi kekuatan di dalam membuat "ontran-ontran", pun seolah diam seribu bahasa usai mendapatkan jamuan gudeg. Dua sosok yang cukup signifikan memberikan suara bagi Prabowo musim lalu.

Apa yang disajikan koalisi ini, lebih bisa dilihat sebagai upaya menaikan pamor bagi partai-partai politik dan pilpres. Usai PKS mendapatkan kursi wagub, tensi cukup mereda, meskipun masih jauh dari realisasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline