Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

Politik Harapan Berhadapan dengan Politik Kecemasan

Diperbarui: 17 Oktober 2018   05:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Namanya politik itu ya tidak akan jelas sebagaimana ilmu pasti.  Orientasi adalah kekuasaan, nah menjadi pembeda adalah cara, proses, jalannya menggapai kekuasaan itu. 

Kepercayaan dasar bahwa politik itu cair, politik itu kepentingan, tidak ada kawan abadi dan lawan yang kekal, semua adalah kepentingan dasarnya.

Toh politikus juga manusia yang memiliki nurani dan moral di dalam standart hidupnya. Dalam sejarah di dunia ini tentu banyak politisi yang masing menggunakan nurani, bukan semata demi kursi. 

Dari dunia internasional, kita kenal Mahatma Gandi, ada namanya k Obama. Lokal kita punya Bung Karno, ada Bung Hatta, yang memberikan harapan untuk berkembang bersama, optimis, dan memberikan secercah terang untuk perihidup lebih baik.

Di balik sederet nama pemberi harapan, toh tidak sedikit nama-nama yang dikenal atas perilaku mereka yang membawa dan menebar ketakutan dan kecemasan. Ada Idi Amin, Hitler, Musolini, dan banyak banget jika mau menderet mereka. 

Ketakutan dan kecemasan yang mereka gaungkan sehingga rakyat menjadi tidak berani membantah apa yang mereka inginkan dan lakukan. Kekerasan dan pemaksaan kehendak menjadi cara untuk mempertahankan kekuasaan.

Beberapa hal bisa dilihat sebagai ciri atau watak dari kedua politik yang berhadap-hadapan demikian.

Kemanusiaan dan manusia

Berbeda sangat jelas mereka di dalam melihat warga, masyarakat, manusia termasuk kemanusiaan. Di mana politik penuh harapan akan memberikan kebebasan seluas mungkin. Kemanusiaan itu adalah segalanya, manusia dibangun bukan sebagai benda atau alat kekuasaan, manusia dengan kemanusiaan menjadi pertimbangan utama

Sisi lain, politik kecemasan, manusia adalah obyek dan sarana untuk mempertahankan kekuasaan. Ingat hanya kala pemilu. Tidak ikut kata pemimpin adalah pelanggaran keras yang hukumannya bisa hanya karena ketersinggungan pemimpin.

Hukum

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline