Demokrat pagi ini tentu sibuk berat, bagaimana tidak semalam kebersamaan yang mereka jalin sudah melakukan start tanpa mereka. Memang masih bisa berubah.
Deklarasi Prabowo Sandiaga belum merupakan legalitas atas ketidakikutan Demokrat dalam gerbong sisi Pak Prabowo, pun bisa juga ikut kebersamaan Pak Jokowi dengan partai lainnya. Masih sangat mungkin.
Pilihan poros alternatif sudah amat sulit, siapa yang mau digandeng jelas hampir tidak ada. Membutuhkan partner dua parpol ujung-ujungnya adalah siapa menjadi apa lagi dan lagi, ketika satu jatah sudah jelas milik AHY. Artinya salah satu dari dua parpol untuk jadi penonton. Sangat kecil, bisa saja, namanya politik.
Kecenderungan mau ikut yang mana, hanya ada waktu tidak sampai tiga jam ke depan, jika mau balik kanan. Pukul sembilan dinyatakan kubu Pak Jokowi akan mengadakan deklarasi dan mengatar pendaftaran ke KPU.
Waktu untuk memutuskan tidak banyak. Memang jika mau bersama Pak Prabowo masih lebih dari cukup banyak waktu untuk itu. Toh tinggal tanda tangan. Beda jika sisi satu dengan banyak pertimbangan dan perseteujuan dari partai politik yang bisa saja tidak akan mudah.
Kondisi yang tidak mudah bagi Demokrat dan SBY, karena jika kali ini abstain, tidak mengusung calon, maka periode berikut akan terkena pinalti. Padahal saat itu justru usia AHY pas sangat matang untuk bisa ikut kontestasi nomor satu bangsa ini. Tentu tidak akan disia-siakan, karena menunggu untuk 2028 jelas momentum itu bisa berantakan.
Melihat peta dari Demokrat, paling tidak ada dua ungkapan dari bagian elit mereka memiliki kecenderungan mendukung Jokowi. #jokowi2periode, jelas ke mana arah ujaran tersebut.
Kedua, pengakuan soal kedekatan dengan bakal calon wakil presiden KY Ma'ruf Amien. Dua hal yang masih sangat samar karena yang mengatakan bukan SBY, keputusan toh SBY, namun cukup jelas dengan betapa panasnya kemarin soal "kardus."
Kondisi tidak mudah bagi Demokrat ketika barisan pengusung Jokowi menyatakan menutup pintu untuk itu, paling tidak juga ada dua yang telah menyatakan, Nasdem dan Perindo, kembali toh yang menentukan tetap Jokowi dan parpol secara umum. Memang sangat tidak mudah.
Pelajaran bagi SBY dan Demokrat
Politik itu cair, jelas saja, jangan mengulangi 61 kursi itu seperti Golkar episode 2014 yang tidak bisa ikut kontes puncak dan hanya ikut di sisi legeslatif yang cenderung anak tiri itu. Jawara namun hanya menjadi penonton semata.