Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

Prabowo Menghargai Begitu Tinggi, Eh Hanya Dianggap Ban Serep

Diperbarui: 25 Juli 2018   14:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bertemu Prabowo, SBY ternyata setengah hati, dan masih ngarep bersama Jokowi. Ungkapan yang menyesakkan tentunya bagi Prabowo dan kawan-kawan. Politik memang bukan perasaan, buat apa baper, tapi model Pak Beye yang baperan, sebenarnya layak dijawab dengan baper juga. Bayangkan saja sampai anak buahnya, wakil ketua diminta maaf, eh dibalas hanya ban serep. 

Politik tidak ada yang abadi,  Sangat cair dan tidak ada yang tidak mungkin. Pameo yang sangat dibanggakan politikus miskin idealisme dan prestasi ini, memang masih jadi tren dan gaya berpolitik yang menjua. Fokusnya kursi saja. Itu sah-sah saja, lha mbok ya tidak usah dinyatakan, konpress bareng lagi, setahun menjalin komunikasi, eh beralih hanya hitungan hari.

Puyuono yang berkomentar soal AHY yang masih hijau itu, ia katakan, si boncel, dan terdengarlah olah Prabowo. Diberinya pesan untuk meminta maaf, demi menjalin komunikasi yang baik. Dinyatakan bahkan Puyuono sudah berlebihan dan melebihi kewenangan. Diam saja dan tidak menanggapinya.

MK, bukan Mahkamah Konstitusi tentunya, memanggal Puyuono yang menolak minta maaf. Berbeda ketika ditegur karena pernyataannya soal PDI-P, ia   langsung menurut. Jelas posisi Gerindra memang menghormati partai lain.

Namun sikap berbeda ditampilkan Prabowo dan Gerindra, ketika Fadli Zon mengucapkan kata yang jauh lebih kasar, lebih tidak patut, pada presiden bahkan, bukan hanya calon rekan koalisi. Coba. Satu saja yang dijadikan contoh, presiden Cuma planga-plongo, bandingkan dengan si boncel, kasaran mana coba? Mana ada teguran untuk Zon apalagi sampai ke MK. Artinya AHY dan Jokowi posisi di depan Prabowo dan Gerindra tinggian AHY. Zon itu bukan hanya sekali, berkali-kali, dan bahkan lebih buruk lagi.

Posisi Zon dan Puyuono juga tidak sebanding, jauh lebih berdampak apa yang Zon nyatakan dan katakan. Apalagi posisi Zon sebagai wakil ketua dewan. Posisi di partai  dan parlemen memikili pengaruh  yang cukup besar, toh tidak ada teguran apalagi MK. Memang Prabowo penah menyatakan kewalahan mengatasi satu nama itu.

Prabowo yang menempatkan tinggi AHY dan Demokrat itu, pun berpotensi untuk menenggelamkan PKS dan PAN yang sekian lama sudah mendekat dan bahkan bersama-sama dalam banyak isu dan peristiwa. Kebersamaan yang didamba namun tiada kesampaian, hal yang sangat menyesakan bagi keduanya, dengan posisi tawar sangat rendah lagi.

PAN dengan 49 kursi atau dengan jumlah suara 7,59% jelas kalah menjanjikan dibandingkan dengan 61 kursi atau 10,19%. Belum lagi jika Amien yang sudah kadaluarsa dibandingkan AHY masih juga bisa lah menjamin AHY, apalagi perilaku ugal-ugalan Amien selama ini, dan Prabowo juga tidak menampakan sikap posistif untuk bersama di 2019.

Zulkifli yang punya jabatan strategis sebagai ketum dan ketua MPR pun soal keterpilihan belum meyakinkan Prabowo. Jauh dibandingkan dengan AHY dengan Y yang mengikuti itu, cukup mantab dengan sokongan SBY tentunya.

PKS pun sebelas dua belas, dengan suara 40 kursi dan 6,17 % suara, dengan keriuhan sembilan nama mereka membuat posisi AHY lebih tinggi memang. Apalagi manufer dari kesembilan nama itu membuat Prabowo makin pening karena malah potensial menggerus suara bukan mengumpulkan pemilih.

Kondisi rekan lama demikian, harapan Prabowo sangat logis dan realistis pada sisi Demokrat dan AHY dengan berbagai catatan yang sangat susah dihilangkan dalam waktu sesingkat ini. Beda dengan kali Item yang ditutup  dengan jaring dan belum selesai juga, he...he....

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline