Rasanya PKS tidak lagi sabar dan akhirnya ultimatum dead line pun jatuh, sebelum bulan Puasa mendatang, nama di antara sembilan nama sudah harus jelas. Pilih satu atau kami pindah haluan. Menarik dengan "ancaman" ini. mengapa?
Jika hingga sampai hari H tidak ada juga kejelasan dari pihak Prabowo, apa yang akan terjadi?
Pertama, mereka sangat kecil kemungkinan merapat ke pihak salah satu kandidat sama kuat, Jokowi. Meskipun Shobibul Imam bisa saja, ingat dia pernah ke istana usai jadi presiden partai ini, jadi ada kemungkinan meskipun ssangat kecil. Faksi dan ribet ke dalam tentu mereka enggan dengan ini. sangat mungkin adalah berbelok arah dan membuat alternatif.
Kedua, sangat mungkin mereka akan bersama-sama dengan Demokrat menjadi kelompok alternatif dengan opsi mengaet PKB yang sangat mungkin. Mereka berdua sangat tidak mungkin. Namun masalah lagi dan lagi, siapa dapat apa dan siapa yang harus "berkorban" dengan porsi dan proporsi yang ada sangat sulit PKS mendapatkan keuntungan karena kursi dan suara paling kecil di antara ketiganya.
Berbeda posisi Gerindra dengan Prabowo yang masih memiliki beberapa opsi yang jauh lebih menantang, menarik, dan menjanjikan, daripada sekadar "gertakan" PKS.beberapa kombinasi masih sangat mungkin bagi Prabowo dan Gerindra.
Ada kombinasi Prabowo-Anies, meskipun sangat susah karena nampaknya tidak ada yang mau dengan kondisi nonpartisan demikian, dengan mengandeng PAN sebagai koalisi paling mungkin, tentu hanya mengandalkan barisan Amien Rais, sedang ketua umumnya pun ngebet jadi calon wakil presiden. Mungkin meskipun kecil.
Ada pula kombinasi Prabowo king maker dengan menyerahkan pada kandidat Gatot Nurmantyo dengan wakil Zulkifli Hasan atau Imin misalnya, jika PKS "meradang" dan pergi. PAN dan PKB masih bisa ke mana-mana, mereka cukup membantu kubu meskipun tidak signifikan, penting meskipun tidak utama. Bisa enak bisa enek posisi mereka berdua ini.
Mengapa PKS seolah tidak sabar dan seolah mengejar-ngejar Geridra untuk cepat memutuskan siapa yang akan diusung mereka.
Satu, mereka gamang jika kembali ditinggal seperti 2014 dan pilkada DKI. Mereka toh cukup signifikan dan setia dengan kebersamaan dengan Gerindra dan Prabowo. Jika cukup waktu masih ada posisi tawar untuk dijadikan "komoditi" ke pihak lain.
Dua, mereka juga paham ada PAN yang mengincar dengan terang-terangan, ada pula PKB yang sudah siap di tikungan untuk cepat-cepat menyambar kesempatan. Baik bersama Prabowo atau posisi alternatif.
Tiga, waktu yang relatif singkat untuk menggeber siapa yang dipilih, karena toh semua paham nama-nama mereka tidka ccukup signifikan untuk bisa berbicara banyak. Mereka perlu banyak waktu untuk memoles mereka agar menjadi batu yang layak jual. Selain Aher, mereka masih sebongkah batu, yang susah mau dijadikan apa. Polesan, gerindra pemotong, dan trik-trik yang sangat mendesak untuk dipersiapkan. Itu perlu banyak-banyak waktu.