Pertanyaan ini untuk Sudirman Said, apa wajar, apa malah kurang ajar? Menarik tentu karena untuk memilih Prabowo apa Jokowi, tentu ada hitung-hitungan politis yang sangat tidak mudah. Jawaban normatif yang sangat normal sebenarnya. Menjadi panas karena kondisi yang tidak mendukung untuk bisa dengan mudah diterima sebagai hal yang wajar.
Beberapa hal yang membuat itu tidak mudah adalah;
Pertama, Jawa Tengah, terutama Solo adalah tempat kelahiran dan besarnya Pak Jokowi. Pilihan menohok ini tentu tidak pas untuk dijawab dengan setegas oleh Pak Ganjar. Meskipun susah untuk menerobos Solo, tentu sangat naif jika melepaskan begitu saja kemungkinan sekecil apapun bagi pak Sudirman.
Kedua, keberadaan partai pendukung yang berbeda pilihan politik tentu menentukan perbedaan jawaban. Kembali, bahwa sangat menguntungkan bagi Pak Ganjar yang mendapatkan dukungan bulat dari partai yang sama dan sehaluan.
Ketiga, ada keraguan bagi Pak Sudirman apakah sangat signifikan suara yang diperoleh jika pun menyebut kedua nama, impilkasi sangat panjang. Jelas simalakama karena partai pengusungnya dua belah pihak. Mau memilih Pak Jokowi, jelas ngawur. Mau memilih Pak Prabowo jelas tidak nyaman dengan PKB dan Bu Ida.
Keempat, kebiasaan Pak Sudirman yang bukan politikus tulen. Tetap tidak bisa dengan mudah menjawab ala politikus. Hal yang jelas berbeda dengan apa yang dilontarkan Pak Ganjar.
Usai dari fakta yang ada, kini ada dua kubu yang cukup kuat berpengaruh, sisi PKS dengan sikap normatif yang wajar dari Pak Sudirman sebagai hal yang baik. Jelas hanya sebatas normatif, bukan masalah besar. Berbeda dan sangat dipahami kemarahan kubu Gerindra yang merasa "terlecehkan" atas jawaban mengambang itu. Sangat logis dan sangat bisa dipahami.
Apa yang terjadi, nasi telah menjadi bubur, tidak bisa lagi dipaksa jadi nasi. Sangat realistis adalah membiarkan itu tidak perlu berlarut-larut. Tidak perlu meradang dan marah di media dan publik dari kubu Gerindra. Biarkan berlalu, tidak perlu juga berlebihan menuntut panitia segala, meskipun memang tidak patut bahwa pertanyaan yang sangat tidak berimabng itu bisa terlontar.
Sangat merugikan satu pihak dan menguntung pihak lainnya, meskipun jika dikemas dengan baik tidak akan signifikan. Mengapa? Jelas latar belakang keduanya demikian, pun partainya.
Justru apresiasi bisa diberikan bahwa Pak Sudirman berhitung dengan cermat bukan emosional. Hal yang jarang ada dalam peta perpolitikan bangsa ini. Toh hingga pertanyaan itu terlontar belum ada kepastian Pak Prabowo maju. Memang susah akan mengatakan mengapa tidak dijawab kan belum pasti.
Jika partai politik pengusung malah riuh rendah mengurus apa yang sudah terjadi, apalagi kemudian kecewa, dan marah, sangat merugikan. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Sangat mendesak adalah perbaikan ke depan, bukan malah fokus pada apa yang sudah lewat. Biarkan apa yang sudah terucap sebagai pelajaran berharga.