Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

Setya Novanto, Jonru, dan Buni Yani dalam Menghadapi Proses Hukum

Diperbarui: 4 Oktober 2017   06:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada tiga contoh kasus hukum dengan berbagai tahapan dan penyelesaiannya. Memang soal kasus hukumnya tidak sama, satu kasus dugaan korupsi oleh petinggi partai dan dewan. Dua kasus mengenai UU ITE dan ujaran kebencian.

Setya Novanto dengan Berbagai Kasus

Mengenai ketua dewan dan Golkar ini memang sudah kenyang dengan kasus. Berbagai-bagai dugaan hingga sangkaan yang batal pun tidak membuat ia goyah, hanya ia goyah dalam berdiri bukan dalam kasus dan kedudukannya. Ia bisa melenggang dalam banyak kaitan yang tersemat dengannya. Pembelaan dari berbagai kolega dan kalangan tidak pernah berhenti. 

Sang wakil yang mengirim surat ke KPK menunjukkan bagaimana rekannya mendukung. Sedikit yang memintanya untuk mundur, dan itu pun berakhir ke polisi. Artinya, masih banyak yang mendukungnya. Tersangka pun gugur dan ia menjadi "manusia bebas" lagi. Bagaimana langkah KPK itu yang akan menentukan bagaimana status ke depannya. Mendadak sakit dan langsung pulang karena praperadilan berpihak padanya, apa berlebihan jika ia merasa tidak kerasan di rumah sakit karena ia memang sehat?

Jonru

Selangkah lebih jauh dari Setya Novanto, ia sudah masuk ke tahanan, dan menjadi sakit batuk karenanya. Pembela makin sedikit, dan ia tidak lagi tampak garang dan jumawa lagi. Pembela dan pendukung belum banyak bersuara. Padahal sebelum ini, apa yang ia ciutkan, apa yang ia publish,apa yang ia tulis melalui media sosial langsung menjadi santapan lezat untuk dibagikan atau dikomentari sebagai bentuk dukungan. Salah satu ungkapannya di dalam media sosial masuk ranah hukum, tinggal ia sendiri dengan batuknya.

Buni Yani

Jauh langkah hukumnya, ia sudah masuk ke tahap penuntutan. Kemarahan beberapa waktu lalu yang meledak, kemudian mengatakan jaksa stupid,melengkapi keluhannya kalau ia kini bangkrut karena persidangan ini. Padahal  tentu masih banyak yang ingat apa yang menjadikannya duduk di muka meja hijau. Soal sangkaan editing video yang membuat kehebohan pra pilkada DKI lalu. Sangkaan yang tidak ia akui, sehingga ia merasa patut dan mengeluarkan kata jaksa stupid.Apakah hal ini sama kondisinya ketika awal heboh video Ahok dulu? Tentu tidak. Ia seolah menjadi pahlawan dan menjadi sosok penting. Banyak tokoh bahkan ikut menyatakan dukungannya.

Beda Orang, Beda Dukungan, dan Tentu Beda Akhirnya

Tidak berlebihan jika Buni Yani yang bernasib "tragis," akan diikuti jejak dan akibatnya oleh Jonru. Sendiri mendapatkan upaya kebebasannya. Mengusahakan keadaan hukumnya dengan usaha paling banter pengacaranya. Parperadilan pun akan tidak membantu banyak. Ke mana rekan, kolega, pendukungnya? Atau pengacara papan atas yang akan mendampingi?  Setya Novanto tidak memaki-maki, tidak mengatakan ini atau itu, tidak perlu juga menjual derita dengan mengatakan perilaku tidak adil, namun tetap lolos bahkan di level praperadilan. Tidak perlu susah payah hingga persidangan yang berkepanjangan, melelahkan, dan membuat emosi meledak. Pendukung yang sangat menentukan, bukan soal banyak atau militan, namun berdaya guna dan penting. Semua beres dan bisa diatur dengan baik.

Teman atau Relasi yang Membantu, Banyaknya Bukan yang Utama

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline