Demokrat: Ada Tawaran Menteri, dan Santap Siang Berupa Bubur
Beberapa hari lalu ramai menjadi perbincangan soal pertemuan Agus dengan Gibran. Idenya adalah Agus menghadap presiden, entah mengapa malah lebih mengemuka soal Agus dan Gibran. Belum juga surut soal perbincangan Gibran-Agus, eh muncul dari kalangan dalam Demokrat soal tawaran menteri kepada Demokrat, jauh sebelum acara itu, sesaat sebelum voting UU Pemilu.
Kronologis waktu dan politis
Secara kronologis, "tawaran" menteri yang berkaitan dengan hitung-hitungan soal UU Pemilu. Jika klaim Demokrat benar adanya, sudah jauh lebih dulu daripada pertemuan dengan Presiden Jokowi soal the Yudhoyono Istitute.Isu dan tanggapan beredar ke mana-mana. Diikuti pertemuan Agus-Jokowi tentunya, bukan malah Gibran yang dibahas panjang lebar. Secara waktu dan politis tentu bnyak tanya mengapa usai pertemuan yang "gagal" bagi Agus malah baru muncul berita soal kursi. Secara politis pun sudah telat dan gagal.
Tawaran Menteri dan Peran Demokrat
Demokrat yang main dua kaki telah dipahami dengan baik oleh bangsa ini. Peran apa yang dimaui dengan tawaran menteri itu, toh ribut dan tidak ada yang merespons selama ini diam sendiri. Tidak terlalu signifikan dan berpengaruh posisi Demokrat, jauh lebih strategis Gerindra jika mau menjinakkan atau mengooptasi.Paling dirugikan itu justru kubu oposisi dengan keberadaan Demokrat yang tidak kerja mendapatkan kursi pimpinan di dewan dan majelis. Pameo politik itu cair tidak bisa dilupakan juga soal kepentingan. Kepentingan dan keuntungannya sangat jauh. Apalagi jika yang diklaim itu pos PKB dan PAN. Jauh lebih merapat ke PKB dengan menteri yang telah bekerja dengan relatif baik daripada mengganti orang yang belum jelas. Apalagi jika Menpan RB, mengerikan dua kali ganti dan dari parpol yang tidak bisa diatur lagi, sangat merugikan posisi pemerintah justru.
Pertemuan Agus ke Presiden
Siapa yang berinisiatif jelas kubu Agus yang merasa membutuhkan restu presiden, adat timur dan sopan santun politik tentu. Apabila klaim soal tawaran menteri seolah presiden kesulitan berkomunikasi dengan SBY, lha nyatanya secara protokoler pihak Agus bisa dengan mudah mengadakan janji, mosok sebaliknya tidak bisa. Aneh dan lucu, ketika para presiden tidak bisa mengadakan komunikasi dengan lancar, maka perlu pihak ketiga dan keempat segala. Tidak heran negara ini tidak maju. Bagimana pemerintah itu tidak ada mantan, apalagi presiden, jika demikian, enak saja yang diganti bisa melepas tanggung jawab atau emlarikan diri dengan banyak hutang atau tanggung jawab lain. Belum lagi soal jamuan nyleneh,siang hari kog bubur.
Jamuan Makan Siang Berupa Bubur
Beberapa pengamat mengatakan bubur sebagai hal yang sederhana, universal, dan merakyat, asli Nusantara dan sebagainya, namun ini politik, bisa pula dimaknai masih kanak-kanak yang belum cukup kuat berpolitik di level elit. Peringatan cukup keras dan kuat jika benar demikian, Demokrat perlu hati-hati, karena apa yang mereka banggakan selama ini levelnya masih jauh untuk bisa bersaing setara.
Mengapa baru sekarang soal menteri?