Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

Paskah 2017, Pelopor Peradaban Kasih, dan Penggembokan Kapel

Diperbarui: 20 April 2017   14:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Paskah 2017, Pelopor Peradaban Kasih, dan Penggembokan Kapel

Selamat Paskah bagi yang merayakannya

Paskah tahun ini Gereja mengambil tema “Pelopor Peradaban Kasih” sebuah tema yang sejatinya esensi orang hidup di dunia ini yang penuh kasih. Ini bukan soal agama, atau soal kepercayaan, namun hidup manusia sendiri adalah kasih. Mengasihi sesama apalagi jelas mengasihi Tuhan yang telah menciptakan kita. Tentu tidak ada yang menyangkal ini bukan? Jika bisa menyangkal, tunjukkan siapa yang bukan ciptaan Tuhan? Kloning sekalipun ciptaan Tuhan. Manusia berkreasi dari ada ke ada yang lain, beda dengan Tuhan yang menciptakan dari ketiadaan, creatio ex nihilo,kalau tidak salah ingat.

Pekan lalu ada dua peristiwa yang sedikit menghenyak hidup bersama di negeri Bhineka Tunggal Ika ini, kala di Ambarawa, Gereja St Yusuf, yang biasa dikenal sebagai Gereja Jago ada pelemparan petasan yang dilakukan kemungkinan orang gila ternyata.

Kedua, di salah satu kapel di Solo ada sekelompok orang yang menggembog pintu, sehingga umat tidak bisa menggunakannya untuk kegiatan puncak kalender liturgi Gerejani. Paskah adalah puncak, bukan Natal, dan ini  sangat disayangkan. Namun bukan ini yang mau saya kupas, ada hal yang menarik dilakukan umat kepada pastor parokinya.

“Romo banci....” sekitar itulah reaksi ketika pesan pendeknya menanyakan bagaimana sikap Pastor dan Gereja, yang dijawab akan diselesaikan dengan cara kekeluargaan.

Menarik adalah apa yang menjadi reaksi umat ini. Bagaimana selama Pra Paskah, masa 40 hari pantang dan puasa  yang diisi dengan pendalaman Iman yang dikenal dengan istilah APP,  selama berlangsungnya masa puasa ini biasanya di setiap lingkungan, seperti desa jika pemerintahan, diadakan sarasehan, diskusi, pendalaman iman dengan tema tertentu, tahun ini adalah “Peradaban Kasih.” Jelas pilihan pastor paroki sesuai ajaran Gereja dan juga Injil untuk membawa kasih, tahu persis juga gejolak umat atas “penghinaan” ini.

Ternyata tidak mudah mengimplementasikan ide, gagasan, dan cara bertindak yang baru. Pas mau disiksa salah satu murid yang bernama Petrus menghunus pedang dan memotong telinga salah satu serdadu, malah ditegur dan kuping  itu dikembalikan.

Belajar dari sana dan tema peradaban kasih berarti:

Pertama, tidak membalas kekerasan dengan kekerasan, jika bisa menghentikan dan mengubah menjadi kebaikan. Pilihan pastor paroki tepat dan ternyata umatnya masih sama dengan Petrus. Tidak mudah mengendalikan diri. Gigi ganti gigi jauh lebih mudah.

Kedua,  meskipun sudah pendalaman iman, sudah belajar panjang kali lebar, jika hati tidak terlibat, semua sia-sia. Coba pilihan benar oleh pemimpin gereja setempat malah dilemahkan sendiri  oleh umatnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline