Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

Ke Mana Hati Pak Beye 19 April Nanti?

Diperbarui: 15 April 2017   17:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Ke Mana Hati Pak Beye Tanggal 19 Nanti

Dinamika Pilkada DKI makin semarak, harapannya, semarak dan damai bersinergi bukan semarak namun penuh amarah dan emosional. Wacana tamasya Al Maidah, persoalan P3 yang ketumnya bersatu hingga sesepuh dan pimpinan daerah meradang, itu dinamika yang mengikuti. Unsur SARA dan nada sektarian tidak lagi sekencang yang lalu. Satu yang tidak terdengar adalah Demokrat dan Pak Beye selaku “pemilik” dan “pengambil keputusan tunggal.”

Kala tersingkir dengan tragis di putaran pertama, langsung Mas Agus mengucapkan selamat kepada paslon yang lolos dan mengatakan akan mengadakan komunikasi, kedua paslon pun menyatakan yang sama, namun Pak Beye yang sama dengan Demokrat, belum mengatakan apapun. Usai bertemu Pak Jokowi, yang biasanya bermedsos ria dan mengadakan konpres ini, diam saja. Menarik apa yang akan dilakukan tanggal 19 nanti.

Klaim kalau relawan Agus-Sylvy ke sini dan ke sana sudah nyaring terdengar. Itu boleh dan sah-sah saja sebagai sarana meningkatkan kepercayaan diri dan menyemangati diri, termasuk menggiring opini ke mana mereka diinginkan.  Ketiga parpol pengusung paslon nomor satu telah merapat dengan jelas ke kubu yang berbeda, ada PKB dan P3 ke Ahok-Djarot, meskipun P3 belum bulat betul, PAN merapat ke Anies-Sandi dan ini juga tidak bisa dipegang erat-erat karena kepemimpinan yang seolah ada matahari kembar, faktual dan yang di balik layar jelas kerasa.

Sejarah menyajikan data model main dua kaki Pak Beye, di pilpres lalu jelas mereka mengatakan penyeimbang toh mendapatkan dua kursi empuk dan manis di wakil ketua dewan dan majelis. Atau soal pilkadasung lalu, banyak bukti nyaman memainkan peran ini, kali ini pun tetap sama, namun pasti memiliki kecenderungan.

Pertama, faktor penelikung di tikungan terakhir. Semua jelas tahu, bagaimana survey jauh mengunggulkan Agus-silvy daripada Anies-Sandy, soal Ahok-Djarot, beda kasus. Angka yang jomplang bisa tiba-tiba berbalik, ke mana suara itu? Jelas lebih condong ke Anies-Sandy, karena persamaan sekmen pasar pemilih. Hal ini tidak mudah dan begitu saja tentunya dilupakan Pak Beye. Pak Beye dengan paslon dua tidak merasa dirugikan, meskipun sengit dulu, hanya untuk “membuang” rival sangat berat, itu saja, namun tidak merugikan.

Kedua, pihak yang bisa dimintai pertanggung jawaban atas gembosnya suara. Siapa ini? Isu yang beredar dan belum ada bantahan, serta melihat rekam jejaknya adalah kelompok pentung yang memang biasa demikian. artinya siapa yang dinilai oleh Pak Beye paling berat merugikan tentu tidak akan didukung, di mana pelaku itu sekarang? Tentu banyak yang sudah paham.

Ketiga, kinerja parpol pendukung yang sama sekali dulu tidak bekerja. Kekalahan telak Agus-Silvy, jelas karena parpol pengusung tidak ada yang melakukan kerja secara maksimal, selain Demokrat, apalagi ketiga parpol lain memang tidak memiliki kader yang mau diperjuangan, mereka tentu sudah tidak semangat. Hal ini menjadi pembelajaran pada Pak Beye untuk bersikap dengan lebih baik lagi dalam memilih teman dan kawan. Posisi berkali-kali dikerjain PKS tentu masih kuat melekat, dengan kucu seberang tidak begitu kuat meskipun sering berseberangan.

Keempat di balik diamnya Pak Beye usai pertemuan dengan Pak Jokowi. Hal ini tidak bisa dipandang remeh, karena kebiasaan ribut dan cerewet, eh tiba-tiba jadi pendiam itu bukan Pak Beye banget. Artinya ada masalah  yang sangat berat sedang dirasakan Pak Beye. Beberapa kasus besar memang banyak berkaitan dengan beliau dan kader beliau.

Jelas pertama Hambalang, gagah perkasa dengan tour de Jawa,dan berbagai kritikannya yang mengatakan ini itu pemerintah, langsung balik kanan dan tidak lanjut program menyerap suara rakyat itu, karena kunjungan singkat ke Hambalang oleh Presiden Jokowi. Artinya, bisa dengan mudah isu Hambalang diungkit lagi, bukan tidak mungkin sampai ke beliau. Hal yang riskan tentunya.

Soal KTP-el, yang sangat fantastis. Memang tidak mungkin Pak Beye ikut nyolong langsung, namun jika diminta pertanggungjawaban atas kinerja anak buahnya? Susah berkelit, apalagi petinggi parpolnya sudah masuk dan siap ngantri lo, termasuk pejabat jajaran di bawah Pak Beye. Diam jauh lebih bijak saat ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline