Pagi ini mendapat email dari keponakan yang mengabarkan Keuskupan Agung Semarang mendapat gembala baru, menggantikan Uskup Agung Johanes Pujasumarto yang beberapa waktu lalu wafat. Uskup adalah hak penuh tahta suci Vatikan untuk menentukan siapa-siapanya atas usul ataupun bukan dari keuskupan setempat.
Uskup Rubiyatmoko, merupakan ahli Hukum Gereja yang lucu, menarik, dan menyenangkan baik dalam mengajar, ujian, ataupun interaksi sehari-hari. Dua mata kuliah pernah beliau ampu saat saya menimba ilmu di mana Uskup Agung Rubiyatmoko mengajar. Tidak banyak dosen yang lucu pas mengajar dan ujian, hanya beliau lah yang bisa model demikian. Kebanyakan tertawa tergelak dan terbahak saat di ruang kuliah, pas ujian yang ada adalah wajah “seram.” Atau seakan “meneror” di ruang ujian yang jauh bertolak belakang dibandingkan di saat di kelas ruang belajar. Maklum mata kuliah yang beliau ampu semua ujian dilakukan secara lisan.
Beberapa hal lucu yang ada di ruang kuliah dan ujian.
Kisah pertama. Jarang kuliah dengan beliau bisa mengantuk, berbeda dengan dosen lain yang dengan mudah mengantar ke peraduan untuk tidur. Selain akan malu karena dipermalukan, juga bahan ajar yang mudah menjadi saru,sehingga menyenangkan mendengarkan beliau berbicara. Keunikan beliau selain seru juga saru,selain lucunya.
Kisah kedua. Kakak tingkat memiliki kebiasaan kalau membaca bukan mata yang bergerak dan kepala diam, anehnya rekan ini kepalanya yang bergerak mengikuti kalimat, oleh beliau kepada rekan ini dipegangi dan diminta membaca, kalau masih juga bergerak tetap akan dipegang.
Kisah ketiga, rekan angkatan, bagaimana tidak jengkel kala mendapat nilai D+padahal plus dan minus itu hilang dalam arti lebih baik C–tentunya, dan sepanjang saya ingat belum ada dosen atau mahasiswa mendapat nilai D plus, karena toh sama juga dengan her atau remidi.
Kisah keempat, pas ujian saling ledek dengan saya karena rambut saya yang putih, beliau katakan nanti stipendium,honornya buat beli semir, waktu wawancara ujian, beliau berlaku sebagai umat yang mau menikah, sedangkan umat tersebut memiliki catatan yang tidak pas untuk bisa menikah dengan sah di gereja.
Kisah-kisah lucu lain betebaran jika ujian dengan beliau, ada kakak tingkat yang diusir dari ruang ujian hanya satu minut tidak ada, dan mendapat nilai A, padahal sudah khawatir tidak ketulungan.
Ahli hukum gereja, terutama perkawinan banyak menjadi rujukan bagi imam, juga awam yang bergelut dengan keluarga, apalagi dinamika perkawinan di era modern ini, sedangkan iman Gereja Katolik memiliki kekhasan yang bisa saja terpengaruh oleh hukum negara atau pemahaman masyarakat secara umum. Keberadaan beliau di tahta Uskup Keuskupan Agung Semarang sangat tepat.
Keuskupan Agung Semarang merupakan teritori yang bisa dikatakan terdepan di dalam banyak hal, membutuhkan tangan dingin, keahlian, dan tentukan kesalehan yang bisa didapatkan dari tangan beliau Uskup Rubiyatmoko. Kelucuannya bisa membuat suasana tegang dan kaku bisa mencair demikian juga dinamika umat yang sering ribet semoga bisa dengan mudah dan cair diselesaikan beliau.
Pilihan bijak Paus Fransiskus untuk Keuskupan Agung Semarang setelah menunggu sekian lama ternyata tidak salah. Melihat reputasi, rekam jejak Mgr Rubi, patut menjadi gembala di Keuskupan Agung Semarang.