Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

Membaca, Menulis, dan Berbicara, Latihan Terus Menerus

Diperbarui: 21 Oktober 2016   16:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seolah orang yang gemar membaca akan mudah menulis dan dengan gampang menyatakannya kembali dalam bentuk tulisan, atau kalimat-kalimat lisan. Berbahagialah yang memiliki talenta demikian. membaca selain dari pustaka, namun bisa juga dalam arti membca fenomena, pengalaman, kesan, dan perasaan.

Gemar membaca akan sangat membantu untuk bisa memperkaya wawasan yang akhirnya bisa saja menjadi lancar menulis dan berbicara. Salah satu yang pasti bahwa akan sangat memperkaya perbendaharaan dan keranjang pengetahuan yang kita miliki. Harapan selanjutnya adalah “luberan” pengetahuan itu perlu ditampung atau dituangkan dalam bentuk tulisan.

Sehingga dari penikmat tulisan menjadi penikmat sekaligus penghasil tulisan. Pengalaman pribadi, ketika berkecimpug dalam sebuah rumah pembinaan, rekan kerja mengatakan, materi dan bahan itu melimpah ruah di segala tempat, soal data tertulis atau modul itu gampang. Artinya bahwa bacalah lingkungan dan angkat itu dalam bentuk lisan untuk pengajaran.

Apakah mudah menuliskan? Bagi Kompasianers akan dijawab mudah, namun jangan ditanya bagaimana memulainya. Sering saya jumpai dosen bergelar doktor luar negeri lagi, namun dalam berbicara sama sekali tidak menarik, tidak juga menghasilkan buku selain diktat pun masih memakai warisan dosen senior yang ditambah sana-sini.

Artinya kemampuan ini perlu ditumbuhkembangkan, bukan sebuah proses spontan. Ada pula orang yang dengan mudah memilih  kata menjadi kalimat dengan ringan padahal bahasan berat, berbicara nerocos saja seperti kereta dan pendengarnya senang dan paham apa yang diajarkan. Orang lain lagi kalau menerangkan bisa gampang, mudah dicerna dan buku-buku buah pikirnya ringan dan enak dinikmati, tapi begitu keluar ruang seminar atau kelas, semua menguap begitu saja.

Ini adalah Kuasa Ilahi yang tidak bisa kita paksa untuk dapatkan. Semua sudah mendapatkan jatah masing-masing. Pihak manusiawi perlu mengusahakan mengembangkan diri semaksimal mungkin dengan:

Melangkah pertama.

Kegiatan terutama menulis dan berbicara, terutama di depan umum perlu langkah pertama. Jika ini sudah dilaluil, semua terasa lebih ringan. Mengapa demikian? Karena persoalan adalah memulai. Sering orang takut gagal, takut ditertawakan, dan itu adalah ketakutan. Ketakutan itu sangat kecil sebenarnya menjadi kenyataan, namun sangat membelenggu. Sedikit berbeda dengan membaca, karena tidak melibatkan pihak lain, cenderung tidak menimbulkan masalah, paling malas.

Memaksa diri.

Salah satu pembiasaan adalah memaksa diri atau adanya pemaksaan, susah untuk adanya kesadaran untuk bisa terbiasa membaca, mau menulis, berani berbicara di depan umum. Hanya awal-awal saja soal paksa memaksa, pelan namun pasti akan menikmati dan bukan lagi sebuah paksaan namun berubah menjadi kebutuhan. Hampir semua sama, antara  membaca, menulis, dan berbicara di depan  umum. Memang bicara di depan umum tidak seluas kesempatan membaca dan menulis.

Berlarih terus menerus.Membaca juga sebuah seni dan ketrampilan, demikian juga menulis, dan berbicara di depan umum. Apa yang diperlukan agar makin terampil adalah berlatih terus menerus. Ada yang baru dalam membaca, menulis, dan berbicara di depan umum. Pasti tidak akan pernah ada yang sama dari satu kegiatan ke  kegiatan yang lain. hal itu bisa dicapai jika terus menerus dilatih. Kemampuan semakin baik dan meningkat, tidak hanya sama saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline