Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

Berebut Saefullah untuk Jakarta, dan PKS yang Terancam Pecah

Diperbarui: 14 September 2016   22:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta Saefullah saat ditemui wartawan di ruang kerjanya di Balai Kota, Kamis (28/4/2016). (Kompas.com/Kurnia Sari Aziza)

Jakarta memang tidak ada habisnya. Bagaimana tidak? Sehari sebelumnya PKS menyatakan akan menduetkan Sandi-Mardani, berikutnya Sandi menyebut Saefullah paling depan untuk mendampinginya. Akan semakin panas dengan dinamika ini, bagaimana PKS yang merasa dekat dan paling mumpuni namun dinyatakan demikian?

Posisi Mardani

Apa yang dinyatakan Sandi merupakan sinyal kedua selain pernyataannya soal ruang terbuka hijau yang bertentangan. Apakah baik duet yang sejak awal sudah bersikap seperti ini? Biasa namanya dinamika politik. Namun, ketika disodori, eh malah memuji yang lain, apa itu bukan sinyal halus untuk tidak? Ini sikap Sandi.

Dukungan PKS ternyata juga belum sepenuhnya solid. Mungkin bagi elite ini tidak soal, namun yang bekerja adalah mesin partai, dan itu ada di bawah, di akar rumput, bukan elite. Gugatan disampaikan relawan Idrus yang merasa sudah bekerja keras, lama, dan mendaftar ke parpol lain, eh tiba-tiba dukungan berbalik arah kepada orang yang sama sekali belum melakukan sosialisasi dan upaya nyata sebagai calon kepala daerah.

Sandi yang bisa diartikan lebih cenderung melihat Saefullah bisa dimengerti. Bagaimana Mardani yang “belum” dikenal publik, tentu beda dengan klaim elite PKS, apalagi dikonfirmasi adanya gejolak dari relawan ini. secara umum jelas lebih menjanjikan dan menjual Saefullah yang merupakan birokrat lama di DKI dan juga telah melakukan berbagai tindakan untuk “pencalonan” dengan berbagai cara, belum lagi jabatannya di ormas.

PKS dan Dinamika Politiknya

Akan menarik menantikan apa yang terjadi. Ada dua parpol yang sama-sama cukup signifikan mengusung calon namun berbeda kepentingan, P3 lebih cenderung Yusril dan Saefullah, sedang Saefullah juga diingini Sandi (Gerindra). Dan mau dikemanakan Yusril? Karena tidak mungkin menyodorkan dua orang ke Gerindra yang memiliki kursi lebih besar. PKS juga tidak mau malu dan tidak mengusung kader sendiri. Melihat dinamika dari luar dan dalam diri PKS yang seperti ini, tentu susah untuk maju, bukan malah meringankan malah membebani kereta yang dikemudikan Sandi. PKS pun belum usai dengan soal Fahri. Serbaberat bagi langkah mereka.

P3 pun tidak bisa sendirian dengan pede untuk mengusung Yusril dan Saefullah, jika PKB mau, toh masih kurang juga. Mereka baru memiliki 16, perlu lagi dukungan parpol lain, sedangkan PAN malah menyabangi calon lain, yaitu Rizal Ramli. Artinya apa? Ada orang lagi dan malah bukan menyatu untuk mengusung siapa dengan pasti, bukan malah memberi wacana-wacana. Mengapa susah? Berkaitan dengan kepentingan, susah untuk melepaskan jabatan yang untung secara politis, ekonomis, dan strategis dengan menjadi DKI-1/2.

Implikasi bagi Pilkada dan Pembangunan

Pertama, banyaknya angin bertiup dan calon serta parpol yang gamang ada beberapa situasi yang bisa terjadi. Satu, tidak ada calon karena perebutan kepentingan, akhirnya setuju untuk tidak mengusung saja, seperti di pilwakot Surabaya. Dua, dengan pilihan yang banyak parpol bisa main-main dan jual mahal jika mau diusung.

Kedua, parpol jual mahal karena banyaknya calon. Artinya apa? Jelas saja nilai mahar politik makin naik dan mau tidak mau politik uang jalan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline