Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

Crisis Centre Sandiaga Uno: Salah, Patut, atau Politis?

Diperbarui: 2 September 2016   12:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Crisis Centre Sandiaga Uno, Salah, Patut, atau Politis?

Menarik adalah apa yang dijadikan banyak respon atas penertiban bahasa pemda atau penggusuran bahasa LSM dan aktivitas sosial. Semakin menarik adalah apa yang ditawarkan oleh lembaga-lembaga semacam CC yang dibangun oleh Sandiaga Uno ini. Terlebih saat Sandiaga Uno adalah calon penantang gubernur yang sedang bekerja. Persoalan ini bukan soal tepat atau tidak, benar atau tidak, namun soal patut atau tidak.

Analogi keluarga.

Di dalam keluarga itu ada dua pribadi  yang berbeda minimal, yaitu suami dan istri. Tentu mereka masing-masing punya ide, gagasan, pemikiran, dan cara sendiri-sendiri. Berkaitan dengan pendidikan anak, terutama dalam menegur perlu ada satu kata yang sama. Pernah ada tetangga itu setiap kali bapaknya menegur sang anak si ibu membela dan uniknya sebaliknya. Ibunya menegur anak, eh malah bapaknya memuji. Anak susah diatur dan didik, karena dia bisa lari ke sebelah dan dapat kemudahan.

Konkretisasi dalam kasus demi  kasus di Jakarta.

Semua telah sepakat bahwa Jakarta itu macetnya minta ampun, Pak Beye pernah mengatakan malu kalau ada tamu dari negara tetangga. Banjir karena aliran sungai macet, mampet, dan sempit, sebabnya, salah satunya adalah jadi hunian dan kampung liar. Tentu wajar jika pemerintah daerah mau membuat keadaan makin baik. Penertiban satu demi satu demi kebaikan bersama. Pro dan kontra bisa terjadi di mana-mana. Apalagi ketika politik dan kepentingan masuk. Mau berbuat baik seperti apapun, bahkan malaikat pun masih salah kog.

Penertiban sama dengan penggusuran.Term atau penamaan yang harus bisa dimengerti bahwa ini penuh dengan kepentingan dan politis, mudah saja menengarainya, ketika siapa yang memakai itu. Siapa yang menerima sebagai penertiban berarti pro pemerintah dan yang mengatakan penggusuran sebagai yang tidak suka dengan program itu, siapapun itu. Ingat ini bukan soal Ahok, juga soal di manapun adanya kasus yang sama.

Manusiawi atau keji,ini menjadi salah satu indikasi bisa dibenarkan atau tidak di dalam mau apa namanya, baik menertibkan atau menggusur. Jika orang cuma digusur dan tidak diperhatikan mau apa dan ke mana, ya jelas saja ini keji dan bukan pemerintah yang baik. Jika ada pengganti yang lebih layak, dipikirkan cara-cara kembali membangun hidupnya, tentu bisa dipahami, bahwa ada pengorbanan dan “tumbal” dalam pembangunan.

Kemiskinan atau ketidakberdayaan bukan alasan untuk melanggar hukum.Pembiaran. Di mana-mana hal ini menjadi penyakit bangsa ini. bagaimana satu bangunan didirikan dan didiamkan, ketika telah besar menjadi masalah.Hal ini bukan hanya di Jakarta, semua tempat ada. Sungai dan jalan ada jarak untuk bisa dibangun biasanya warung kemudian rumah hunian, dan itu di mana-mana. Pas ditanya kepemilikan menjadi ramai dan kemudian beralasan sudah lama di sana. Lama dan miskin tentu bukan alasan untuk menempati tempat yang bukan miliknya.

CC, antara Elok atau Politis

Tidak ada yang salah, kemanusiaan, membantu mencarikan pekerjaan, dan sejenisnya tentu patut diapresiasi. Namun apakah menjadi lebih baik bagi warga dan pemerintah, kemudian akan memberikan manfaat atau justru merugikan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline