Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

Wiranto, “Turun Gunung” untuk Menjaga Panggung?

Diperbarui: 2 Agustus 2016   12:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum Keamanan Wiranto dan Menteri Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Kamis (28/7/2016). (Kompas.com/ABBA GABRILLIN)

Reshuffle dihebohkan dengan lengsernya Pak Anies dengan berbagai dinamikanya, yang lain memang dinilai “wajar” dan tidak ada yang mengagetkan. Satu yang bagi saya cukup mengagetkan ketika Pak Wiranto turun gunung.

Mencoba menjadi presiden dengan jalur resmi melalui pemilu, dikerjain Golkar, atau sebenarnya bisa memainkan kartu kala Pak Harto tersudut, malah kini jadi menteri bagi pemerintahan yang memang partainya usung.

Sangat menarik jika menilik orientasinya adalah presiden namun turun menjadi menteri polhukam yang pernah ia sandang di pemerintahan lalu. Mengapa mau-maunya, sudah memiliki partai yang dipakai untuk ia kendarai, usai dikerjai Golkar di masa lalu.

Menjaga Panggung

Beberapa waktu lalu ada kisah soal penculikan dan salah satu purnawirawan jenderal “bisa” menarik simpati. Peristiwa penculikan terulang lagi dan lagi. Panggung yang sempat direngkuh sang jenderal bisa mengubah arah angin perpolitikan yang akan mulai stabil ini.  Tidak heran bahwa faksi-faksi dalam sebuah lembaga, organisasi, dan kelompok, dan itu bisa mengubah peta yang hendak dibangun tentunya, ketika salah satu faksi dapat mengambil panggung tanpa adanya “punggawa” yang sepadan.

Apakah Luhut kalah garang? Militer mengenal senioritas yang sangat kental. Pak Luhut masih setara dengan para “pencari” panggung ini dan mereka biasa saja, tidak perlu sungkan lagi. Tidak merasa melangkahi senior yang bisa dinilai tidak patut dalam hirarkhi militer. Keberadaan Pak Wiranto yang jelas jauh lebih senior, tahu dengan baik para pencari panggung di masa itu, atasan langsung jadi tahu dengan baik reputasi, rekam jejak kinerja mereka, dan apa yang mereka lakukan di waktu itu.

Suara-suara miring soal PKI, kebangkitan komunisme, permintaan maaf, dan soal ’65 seolah ada angin lain selain dari pemerintah. Menghan yang sangat senior sempat mengadakan kegiatan yang condong dan ikut arus yang tidak senetral sebagaimana istana kehendaki. Ini bisa menjadi bumerang yang sangat telak bagi pemerintah, mau mengganti semua juga paham siapa di balik sosok ini, perseteruan frontal tentu tidak efektif, atasan langsung adalah yunior di militer, malah membawa angin segar bagi beberapa pihak pencari “pangung”, pilihan efektif adalah memberikan “bumper” yang jauh lebih senior dan memiliki pola pikir yang sejalan dengan pemerintahan.

Apa Manfaat yang Diperoleh?

TNI sudah mendukung penuh pemerintahan sejak awal. Purnawirawan pun dengan demikian bisa lebih memberikan dukungan daripada “perselisihan” mencari panggung. Paling tidak di kubu purnawirawan tidak lebih besar yang “mengganggu” perjalanan pemerintahan. Meskipun mereka tidak punya senjata namun tetap saja mereka masih bisa memberikan tekanan dan pengaruh yang tidak kecil. Keluarga besar militer lebih banyak yang mendukung daripada yang mencari panggung harapannya.

Kondisi keamanan tidak makin mudah dengan beberapa kali bom, malah kembali tindak intoleran, soal hukuman mati, masalah dengan negara tetangga berkaitan dengan penculikan, dan perselisihan di luar yang secara tidak langsung bisa membawa Indonesia, seperti Laut China Selatan, diplomasi luar negeri perlu dibarengi dengan kekuatan polkam yang lebih kuat. Kemenlu selama ini kedodoran karena pilihan politik lalu yang mencari kawan, lihat soal uang tebusan di kawasan Timur Tengah yang makin besar, juga uang tebusan penculikan yang berulang. Diplomasi dari kemenlu perlu juga dukungan militer, bukan secara langsung, namun di balik layar dan itu penting dilakukan.

Harapan lebih mendasar adalah pemerintahan bisa berjalan lancar, wajar, tanpa gangguan yang tidak penting. Kritikan, masukan, dan pengawasan itu jelas dan harus bahkan, agar berjalan dengan baik dan tidak semena-mena. Selama ini bukan masukan, namun cenderung gangguan yang justru menghambat pembangunan, kembali malah rakyat dan bangsa ini yang dirugikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline