Resuffle kali ini yang paling mengejutkan adalah terdepaknya Pak Anies Baswedan. Sosok yang satu ini sangat jauh dari hiruk pikuk isu, pemberitaan, wacana soal bagian yang harus tergusur. Beberapa nama lain memang tidak semengagetkan yang satu ini. persoalan gaduh, berisik, dan kinerja yang jauh dari harapan, tidak lepas dari nama-nama yang lain. Tidak heran untuk Pak Anies banyak yang menyayangkan terlemparnya dari kabinet.
Anies, salah seorang kandidat konvensi glamornya Demokrat. Salah satu yang memiliki angka tinggi saat ikut konvensi Demokrat, meskipun beliau tidak menjadi anggota secara langsung partai mercy tersebut. Kepopuleran, keterpilihan, dan visinya soal pendidikan banyak membantunya untuk bisa digadang-gadang Demokrat, meskipun angka Demokrat memprihatinkan.
Gebrakan di kementrian pendidikan tidak mengecewakan, meskipun juga tidak bisa dibilang gilang gemilang.Persoalan pendidikan ini bukan masalah yang sepele dan sederhana, karena sudah bobrok sistemik. Kekacauan kurikulum, proyek, masalah tabiat anak didik, birokrasi, dan masyarakat Indonesia. Seorang menteri tidak akan mampu menyelesaikan hanya dalam waktu dua tahun.
Birokrasi mandeg,salah satu penyakit yang sangat akut ada pada birokrasi diknas dan juga guru-guru yang sudah menikmati kerja seenaknya selama ini. Bukan hal baru dan rahasia lagi, maaf bagi guru-guru di sekolah terutama negeri yang kinerjanya ya begitu lah.... Persoalan pelik yang tidak sesederhana yang akan dengan cepat diatasi dengan hasil yang secepat jalan tol misalnya.
Kekerasan di sekolah.Ini salah satu penyakit bangsa ini, lihat saja bagaimana kemarahan terpendam seolah terlampiaskan di jalan raya, raungan knalpot, klakson yang tidak beralasan, dan cara berkendara yang tidak mengenal aturan, itu juga terjadi di sekolah. Ini bangsa yang sakit, pendidikan menjadi korban atas keluarga yang juga sakit. Entah seperti apa membenahi pendidikan ini, belum lagi soal politik, agama, dan paham sektarian juga mengepung dunia pendidikan. Kekerasan itu ekses yang tidak bisa dengan mudah diatasi.
Kekacauan sistem terutama akhir-akhir ini, maaf beribu maaf, kalau menyebut era Pak Beye, di mana bermunculan sekolah-sekolah yang sama sekali tidak ideal, bagaimana sekolah terdiri atas beberapa ruang an, luas lapangan bola volley untuk aneka kegiatan dan itu bisa berdiri dengan segala problematikanya. Sekolah elitnamun lepas dari pendidikan selain jadi perusahaan, sekolah berbasis agama namun ternyata banyak mendapatkan kritikan,karena mengajarkan intoleransi, diajarkan untuk “melawan” negara, dan itu eksis.
Soal UN yang sekian lama menjadi momok dan tujuan akhir beberapa pihak,pembenahan sudah relatif baik dan salah satu tokohnya Anies B. Keberanian yang melawan banyak kepentingan ini perlu keberanian besar.
Program memuliakan guru.Ide baru dan segar, jadi memberikan privilige khusus untuk guru, mirip militer era Orba, naik angkutan umum dengan lebih murah, memberikan diskon untuk beberapa kebutuhan guru, dan sejenisnya. Sama sekali belum terealisasi ide besar dan segar ini.
Perayaan hari pertama sekolah,cukup menggugah, nyatanya gubernur Jabar, menteri sama-sama tergusur Yudi K, pun mengikuti arahan beliau, perayaan yang lumayan sukses sejatinya dan baru pertama kalinya ada gebrakan untuk pendidikan yang lebih baik.
Gerakan gemar membaca.Sangat parah budaya baca bangsa ini. ide untuk membiasakan membaca sekitar 15 menit menjadi penting, karena tidak mudah, saya pernah merasakan budaya membaca satu jam wajib itu perlu pembiasaan lho. Ide bagus, ketika melonggok jendela dunia itu terlaksana.
Visi, gerakan, dan ide-ide baik itu bisa menjadi bumerang bagi pilpres mendatang kalau tidak dengan smart dikelola Pak Jokowi, benar bahwa Pak Anies dan Pak Jokowi bukan pribadi-pribadi haus kursi, namun bisa saja dimanfaatkan pihak-pihak yang justru bukan memikirkan negara.