Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

Ahok, Bebalnya Anak TK, Demokrasi Akal-akalan, dan Kekuasaan

Diperbarui: 9 Juni 2016   12:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Demokrasi di Indonesia masih sebatas latihan, bagaimana kekuasaan tanpa seni dan etis lebih dominan.  Ahok dengan gampang melenggang tanpa perlu banyak berbuat untuk menjadi DKI-1. Tidak usah ramai dengan DPR-D, mengurusi lapak liar, atau hal-hal yang sensitif lainnya. reaksi berlebihan bahkan hingga tingkat DPR, sehingga melahirkan UU hanya untuk “menjegal”Ahok. Apakah Ahok calon independen perdana? Bukan dan sudah banyak juga yang menggunakan jalur ini, semua diam saja kog, baru kali ini menjadi heboh dengan ide-ide seperti cerdas, yang sejatinya mempertontonkan kebodohannya sendiri.

Dewan yang tidak pernah berkembang. Dulu saat almarhum Gus Dur menjadi presiden, pernah mengeluarkan pernyataan yang membuat mereka marah besar. Dewan yang terhormat bahkan mulia itu disamakan dengan anak TK. Kasihan anak TK-nya malahan. Mereka gembira, ceria, tidak aneh-aneh, apalagi hanya nangis cari perhatian. Lihat tingkah polah mereka selama ini, tidak lebih baik dari anak kurang cerdas. Ide-idenya hanya berkutat pada kepentingan sendiri, kemewahan untuk mereka. Paling memalukan saat pengin ambil alih lagi pilkada via mereka, dan batal belum juga ada setahun ide liar mereka terbentuk. Kali ini demi hasrat seorang Ahok, mereka mutar-mutar tidak karuan. Awalnya mau membuat angkanya naik, gagal, akhirnya kompromi gila ala mereka melahirkan verifikasi faktual. Mereka berpikir seolah cerdas, namun kembali mereka memalukan. Luar biasa banyak pekerjaan mereka daripada hanya mikirkan Ahok saja. Soal narkoba, maling yang ada di tubuh mereka sendiri, peradilan, belum lagi soal kekerasan seksual yang mulai merajalela, eh ini malah fokus hanya jegal menjegal. Kog diam saja dengan Dedy Mizwar yang sibuk syuting, bahkan mengatakan selama Ramadhan kalau tidak syuting akan safari, lho memang dia bintang film yang nyambi wagub ya? Di mana mereka, atau gak dengar? Lebih mendesak lagi mereka itu membenahi cara pikir ndesoparpol, di mana takut kalah, calonan lari, ingat Surabaya,atau tidak ada yang berani nyalon sehingga harus dibuka pendaftaran hingga molor-molor. Pekerjaan mereka itu banyak tapi mereka tidak tahu dengan apa yang harus mereka lakukan.

Kekuasan. Politik sebagai seni mendapatkan kekuasaan itu tidak salah, bahkan memang mencari kekuasaan, namun tentu ada seni. Seni yang tidak boleh lepas dari etika dan penilaian moral. Artinya mereka tidak bisa seenaknya sendiri, yang bukan seide berarti musuh dan bisa diperlakukan sewenang-wenang. Lihat bagaimana cara kerja mereka orientasi hanya bersikap pada “lwan” terus. Jika sudah besar dan terpelajar mereka berkonsentrasi pada mereka sendiri sehingga menghasilkan politisi berkualitas, bukan politikus bau tikus yang mau nggarong saja selama berkuasa. Kesejahteraan rakyat dan kemajuan bangsa sama sekali tidak masuk dalam benak mereka. Fokus utama mereka adalah diri sendiri, rekan, dan parpolnya. Di luar itu urus sendiri.

Tidak heran politikus begitu yang melahirkan demokrasi akal-akalan. Dewan yangkualitasnya lebih rendah dari anaak TK, orientasinya kekuasaan tanpa etika, wajar melahirkan demokrasi akal-akalan. Yang penting aku dapat, entah orang lain mau menderita atau apa mana duli. Berbeda adalah musuh, padahal di belakang mereka berpelukan, bersepakat untuk bareng-bareng maling, namun di depan menampilkan sisi berbeda. Model demokrasi demikian jangan harap membuat bangsa ini besar dan sejahtera. Kepentingan hanya pada elit dan kekuasaan semata. Tidak heran kali ini baju merah besok menjadi kuning tanpa malu dan bangga. Maling ektangkap saja ngakunya apes dan cobaan dari Tuhan. Demokrasi seolah-olah, prosedural, dan yang penting wacana indah soal pelaksanaan nol menjadi biasa.

Perawan Di Sarang Penyamun

Ahok, begini saja, kalau Ahok   itu memang salah, dalam arti kinerjanya buruk, tidak ada hasil, siapa yang pernah menyatakannya? Bukti konkret, bisa dibandingkan dengan gubernur lain tentunya. Apabila dia maling, PPATK kog belum pernah mengungkap  itu dan parpol gak usah repot jelas saja masuk bui tidak perlu ribut dengan berbagai ide ngawurnya. Seperti perawan di sarang penyamun saja gubernur yang satu ini. apa perlu tampil lembut, menarik hati, dan lemah di antara penyamun? Jika itu pilihannya sudah habislah dia. Coba mana buktinya kalau yang nyolong memang dia? Malah yang masuk bui dewan, soal UPS juga belum lagi beranjak, apa mungkin hanya orang bawah yang main di sana?  Soal penertiban yang menjadi heboh, kalau ada masalah apa ada solusi jitu yang jauh lebih cerdas dan bisa dilaksanakan?  Ide demi ide hanya karena menghambat Ahok. Ini bukan soal Ahok Kristen atau China-nya, namun karena kepentingannya bisa terganggu. Buktinya banyak yang Non Muslim pernah nyalon tidak geger, ada yang Non-Pri nyalon juga tidak heboh. Coba Ahok main aman dengan manut saja dengan penyamun itu, semua tenteram dan tidak geger.

Apakah politikus penghasil demokrasi akal-akalan tetap dibiarkan saja berkuasa demikian?

Salam




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline