Fenomena menarik, hanya terjadi di pilkada di DKI. Hiruk pikuk hampir setahun sudah memanas. Ahok sebagai biang kerok becanda, aku belum tentu nyaon karena banyak yang tidak menghendaki, di hadapan ketua KPU Jakarta, tentu ini hanya becanda, tidak akan dia mengecewakan TA. Bisa saja hal ini jadi santapan lezat yang ABA.
ABA, biarlah banyak yang mengagungkan dan mengaungkan seperti diwakili Dhani dan Lulung. Namun apa yang diperoleh dengan ABA? Sederhana saja, soal Kongres Anti Penggusuran, baik soal beberapa tempat yang bisa diperdebatkan, kalau kolong jalan tol? Apa mau dibela sebagai orang lemah? Apakah melanggar hukum dan mengancam keselamatan diri itu boleh atas nama miskin dan lemah? Ini soal jati diri bangsa juga, gerbang negara disuguhi pemandangan demikian, sedangkan masih banyak kog uang untuk membantu mereka. Kawasan-kawasan, seperti Kalijodoh dll masih bisa diperdebatkan, kalau kolong jalan layang, jelas saja tidak bisa, ingat jangan membela yang salah, terlalu banyak dan terlalu lama memberikan sikap toleransi pada kejahatan dan pelanggaran, sedang toleran kebaikan malah melemah. Perbedaan semakin disikapi dengan keras sedang pelanggaran malah makin permisif, ini bangsa apa? jika mau jujur, apa esensi ABA, Ahok kasar, Ahok China, Ahok Kristen? BUKAN, Ahok tidak mau diajak kerjasama di dalam nyolong. Ada bantuan tenda dan beaya hidup kawasan yang digusur. Alangkah lebih elok pemberi uluran tangan ini mendampingi ke pengadilan dan menemukan kebenaran di mana. Apakah ada langkah tersebut? Jika pemda dan Ahok salah, harus memberikan pemulihan kawasan itu dengan uang pribadi Ahok, bukan pemda dan gubernur, namun jika mereka salah, mereka harus menyatakan permintaan maaf dan mendukung sepenuhnya penataan kawasan itu. Ada tanggung jawab bukan semata ABA.
AHA, asal hanya saya, lihat apa yang menjadi fokus masing-masing, baik Dhani, Lulung, dan yang lain itu bukan esensinya pada ABA, namun AHA, pusatnya adalah diri sendiri. Membangun diri dengan menjelekan apa yang sudah dilakukan Ahok. Sejatinya ini bukan pemimpin yang cerdas kalau hanya mengatakan dengan sinis apa yang sudah dilakukan pihak lain, membangun jati diri dengan menginjak-injak tengkuk orang lain. Tertawa di atas penderitaan orang lain.
Derita kerja keras Ahok yang dibantahkan dengan kata-kata bukan kinerja. Ide saja belum ada kog, apalagi apa yang mau dikerjakan. Perilaku AHA ini makin membuat keadaan menguntungkan Ahok, bukan menguntungkan pihak-pihak yang ada di sana. Fokusnya itu di luarm bukan di dalam. repot kalau membangun citra diri dengan merusak nama orang, nama sendiri tetap saja, tidak beranjak. AHA, bergeraklah ke arah dalam diri dengan menghasilkan, bukan merusak karya orang saja.
AHA punya banyak kader terbaik namun malah memperlemah diri dengan kinerja jeblok yang diulang-ulang. Jangan-jangan AHA hanya jadi mainan parpol, dan pada waktunya tidak juga didukung, ingat konvensi abal-abal ala Demokrat masa pilpres lalu.
Apakah bangsa ini hanya akan diisi dengan persoalan dengan menjelekan orang namun tidak mampu membangun kualitas diri menjadi lebih baik? Kebanggaan diri itu prestasi, bukan dengan merongrong capaian orang lain. Buktikan soal harta dari mana dengan gamblang, mengurus yang belum diurus pemda, mengajak masyarakat lebih tertib hukum dan tertib aturan, mengajari masyarakat menghargai prestasi dan bukan mencaci apa yang sudah dilakukan orang lain. Apa solusi masyarakat penghuni liar selama ini, belum ada, bagaimana banjir meluapi Jakarta, apa idenya? Sama sekali belum ada kog, malah asyik metanidosanya Ahok.
Sungai yang menjadi tempat sampah terpanjang, bukan cagub mengambili sampah, bukan, namun animasilah rakyat untuk sadar lingkungan dan kebersihan. Tindakan mengambil sampah itu baik, namun sama sekali tidak cukup. Teriak-teriak anti korupsi saja tidak cukup, kalau masih juga main suap dan tidak disiplin dengan waktu kerja.
Apakah pembangunan ini akan diisi perseteruan demi perseteruan yang hanya permukaan ini terus? Sama sekali tidak menyentuh akar masalah?
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H