Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

Sudah Profesionalkah Polisi?

Diperbarui: 10 Mei 2016   06:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Prestasi polisi sangat membanggakan di Densus 88, meskipun ada kesalahan-kesalahan, namun secara umum patut mendapatkan acungan jempol dibandingkan lainnya. lambatnya mengusut korupsi berbeda kalau mengejar teroris dan menyelesaikan kasus terorisme. Beberapa kasus memberi gambaran bagaimana kepolisian Republik Indonesia selama ini membangun keamanan, mengawal keadaan terjamin dengan baik.

Kesalahan dan kekeliriuan itu manusiawi dan lumrah di mana-mana terjadi. keberanian mengakui ada persoalan dan mengadakan evaluasi serta mengubah yang sekiranya bisa dilakukan. Perubahan dalam bentuk faktual bukan semata wacana dan ide dan pencitraan.

Mengakui kesalahan itu ksatria. Menghindari dengan bahasa-bahasa diplomasi menunjukkan kekerdilan pribadi-pribadi pejabat. Apakah yang disajikan selama ini?

Sejak lama polisi selama menyatakan diri benar, merasa tidak pernah ada masalah di dalam lembaganya. Benar salah adalah lembagaku baik, namun tidak tepat, karena kesalahan harus diperbaiki bukan ditutup-tutupi. Kisah cicak buaya hingga berseri, menunjukkan perseteruan karena lembaga itu ada masalah. Menyatakan diri benar namun tidak mau membuka pemeriksaan dengan legawa dan rela hati.

Menahan petugas lembaga pemberantasan korupsi yang hendak mengadakan pemeriksaan kasus demi kasus yang ada di sana. Atau menggerudug KPK kala ada kasus yang hendak mencoba membersihkan tikus di sana.

Ada perwira mereka yang keluar dan memilih di tempat lain, dikasuskan dengan alasan yang jelas dibuat-buat. Sikap kekanak-kanakan, persaingan yang sangat tidak dewasa, dan itu yang terjadi. ini  kisah-kisah lama.

Kekinian, beberapa waktu lalu, aparat kepolisian ditangkap koleganya dari BNN. Pejabat BNN menyatakan ada uang sekian M dan kemungkinan besar adalah perantara untuk menyuap petinggi polisi dan BNN oleh bandar narkoba. Petinggi polisi menyatakan, belum tentu demikian, dan uangnya tidak sebesar itu. Lihat sikap mereka bukan mengatakan anak buah yang memiliki kekayaan tidak pantas silakan KPK dan PPATK telisik dan laporkan kepada kami, dan hukuman pemecatan hingga dia sebagai maling silakan dihukum dengan peradilan tipikor dan pelaku pencucian uang, sekaligus pelindung bandar narkoba, kapan ya begitu?

Soal gadis yang diperkosa oleh gerombolan dan diduga ada dua polisi aktif, apa reaksinya? Mana laporannya, bukan hanya katanya katanya, namun alangkah menyejukkannya ketika pejabatnya mengatakan, saya sendiri yang akan membawa anak buah saya ke pengadilan kalau memang pelaku kriminal, namun jika tidak tolong dipertanggungjawabkan.

Sikap mengedepankan praduga tak bersalah yang berlebih-lebihan, sikap tanggung jawab yang lemah, sama sekali tidak pernah ada sikap prihatin dari petinggi negeri ini kalau ada anak buah yang maling atau menjadi pelaku kriminal. Melindungi anak buah memang kewajiban dan tanggung jawab pimpinan, namun bukan demikian adanya. Apakah akan demikian terus menerus. Selalu terulang kalau berhadapan dengan aparat hukum lembaga hukum saja bisa “perang”, apalagi masyarakat. jangan lupa aparat adalah pelayan masyarakat, digaji dengan uang rakyat, bukan musuh rakyat dan rakyat pengganggu kepentingan mereka.

Sampai kapan sikap demikian masih dipertahankan? Keberanian mengakui kesalahan, memperbaiki diri, dan melakukan perubahan demi kebaikan bersama.

Salam




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline