Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

Membaca Arah Angin Ketum Golkar

Diperbarui: 9 Mei 2016   18:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Salah satu pengamat politik mengatakan siapa yang akan jadi ketum Golkar, ialah dukungan Ical, dukungan (kecenderungan) istana, dan kemampuan caketum itu sendiri. Melihat pandangan pengamat ini, Setnov, Ade Komarudin, dan Azis samsudin.

Pertama, arah ARB, dari ketiga calon ARB bisa saja mendukung dari ketiganya. Melihat kecenderungan yang paling tidak mungkin ada di Ade K dengan pertimbangan paling jauh adalah dia agar lebih fokus ke DPR. Di antara dua itu Setnov atau Azis? Menarik karena keduanya sangat dekat dengan Ical. 

Lihat pembelaannya bak babi buta soal kasus catut beberapa bulan lalu. Kecenderungan membela paling tidak mengamankan Setnov cukup kuat. Dia juga diamankan dengan tetap menjadi ketua fraksi, ini jelas aman sejahtera bagi keduanya. Mereka ini dedengkot pengusaha dan politisi yang sudah tenar dengan masa lalu. Wajar saling memegang kartu truf dan soal kemampuan uang mereka berdua. 

Azis, kedekatan personal, dia dibawa ke Maldives kala itu, tentu menggambarkan kedekatan personal. Agenda Ical dengan Golkar dan kekuasaan masih aman. Banyak hal yang bisa diamankan dengan kursi ketum partai pengalaman ini. indikasi berikutnya adalah iklan di media Ical hanya Azis. Azis juga jauh lebih aman, paling tidak belum pernah secara langsung tersangkut kasus maling, soal isu ini itu sangat wajar.

Kedua, istana atau pemerintah. Klaim Setnov perlu banyak bukti untuk menyatakan ya, istana dan pemerintah telah mengeluarkan “restu” untuk Setnov. Memang politik itu cair tidak ada musuh abadi, namun apakah presiden dengan mudah melupakan kisah kemarahannya di akhir tahun lalu? Apakah pemerintah mau dikatakan mendukung maling dan kaitannya dengan pemberantasan korupsi yang akan menjadi beban berat pemerintah. 

Undangan pernikahan yang bersifat personal pun tidak dihadiri memberikan bukti, tidak bagi Setnov. Azis masih belum begitu dekat dengan pemerintah. Ade Komarudin yang paling dekat dengan istana. Dukungan soal ketua dewan memberikan sebuah signal penerimaan yang baik bagi caketum yang satu ini. kelihatannya hanya satu ini yang memiliki kedekatan visi yang bisa diterima pemerintah. Kedua pribadi terutama Setnov kemungkinan sangat kecil.

Ketiga, soal jaringan, memang Setnov paling mumpuni. Penolakan dari pemuda NTT tidak akan berpengaruh akan laju Setnov. Ade Komarudin cukup bisa menyaingin dengan catatan dia jauh lebih bersih dan mendapatkan angin dari istana, bisa membantu. Azis belum cukup punya nama di dalam internal, berbeda jika Ical memberikan instruksi.

Melihat dari ketiga hal yang memberikan indikasi arah tersebut, siapa yang paling mungkin memimpin beringin tua ini? Paling ideal dan aman ada di tangan Ade Komarudin. Dobel jabatan bisa diatasi dengan berbagai cara dan kelihatannya akan demikian. dia relatif lbih bersih daripada Setnov, dan lebih kuat daripada Azis. Paling wajar dan bisa diterima internal ataupun eksternal terutama pemerintah.

Setnov, wah payah kalau dia lagi, cara komunikasi saja tidak jelas, hanya mengandalkan kemampuan finansial dan cara-cara “busuk”-nya. Salah satu bukti model catut Free Port waktu itu. Meskipun hingga kini masih mangkrak, namun tetap saja model itu memang sudah karakter. Kalau mau makin jeblok bolehlah milih Setnov. Kekuatan finansialnya bisa mengubah peta apapun yang ada. Semua bisa terjadi. Kedekatan dengan Ical jelas baik sebagai politikus ataupun sebagai pengusaha. Cara-cara yang identik kelihatannya. Ical masih bisa memberikan kursinya ke Setnov.

Azis, jika ia yang terpilih hampir bisa dilihat sebagai boneka Ical. Azis hanya tampil di depan, namun semua tetap Ical yang mengendalikan. Susah untuk membuktikan bagaimana Azis lepas dari bayang-bayang Ical.

Calon lain hanya membantu urunan dan penggembira. Susah untuk dapat naik menyaingi mereka bertiga. Golkar ada di titik nadir lagi seperti ’98, kala itu hadir Pak Akbar Tanjung yang mampu menahan gempuran dan kembali berjaya. Masalah yang berbeda namun kondisi yang mirip, jika tidak hati-hati, bisa saja Golkar akan berkutat di papan bawah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline