Lihat ke Halaman Asli

Susy Haryawan

TERVERIFIKASI

biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

“Raja Muda Ogan Ilir”, Kok Bisa Lolos Test Kesehatan?

Diperbarui: 15 Maret 2016   06:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Satu demi satu dinasti kekuasaan di Indonesia jatuh terguling. Dimulai dari dinasti Banten dengan kakak beradik masuk antrean KPK, dinasti di Bangkalan yang bergulir jabatan dari bapak ke anak juga mulai dipreteli KPK, kini BNN ikut masuk menggulung dinasti yang baru mau mulai. Pangeran yang baru dilantik ternyata sedang berpesta sabu.

BNN menyatakan sudah tiga bulanan nyanggong pejabat muda kaya raya ini, dengan demikian, minimal tiga bulan sudah memakai, dan tidak mungkin baru dalam waktu sesingkat itu. Pihak BNN juga menyatakan telah mengetahui pemakai sang pangeran ini  sudah masuk taraf besar, hingga sehari pesan dua kali. Artinya, bahwa pemakaiannya sudah dalam jangka panjang, memang belum ada hasil sahih akan hal ini, asumsi berdasar fakta yang ada.

Jika benar sudah memakai dalam waktu yang lama, tentu menjadi lucu dan aneh, ketika bisa lolos test kesehatan untuk maju dalam pilkada. Apa artinya? Ada dua, pihak kesehatan yang teledor atau sebatas formalitas. Kedua ada bau-bau uang di sana. Jangan dikatakan pencemaran nama baik, namun perlu pengusutan lebih jauh sehingga model abal-abal bisa dikurangi. Revolusi mental juga ada di sini.

Test Psikologi dan Test Kesehatan

Polisi membunuh istri, polisi mencincang anak, polisi menjual narkoba, tentara menembak bak babi buta, tentara mengambil senjata di gudang dan menembak pembunuh rekannya, pejabat mati karena jantung, struk, di tengah-tengah masa jabatannya. Pejabat maling dan lupa daratan, lupa akan sumpah sendiri. Apa artinya? Test psikologi dan test kesehatan jelas telah sebatas formalitas. Kemarin bukti itu makin konkret di mana pemadat bisa lolos test kesehatan dan tidak “terdeteksi” pemakai narkoba. Selama ini dua test itu bisa diatur dengan berbagai cara. Apakah sesederhana itu? Test-test itu membantu mengenali gejala-gejala yang ada, sehingga bagi yang keluar dari syarat-syarat minimal tidak bisa lolos.

Test psikologi makin maju dan makin canggih sehingga bisa mendeteksi kecenderungan-kecenderungan yang bisa membuat kinerja pejabat atau pegawai itu bisa terganggu. Misalnya tidak tahan tekanan, susah bekerja dalam tim, mudah digoda dengan materi atau lawan jenis, kesukaan yang berlebihan akan sesuatu, dan itu ada. Mengapa selama ini selalu saja terulang, pejabat ngamuk, membunuh, maling, dan madat? Ada apa? Kalau dikatakan suap, nanti malah dituduh memfitnah lagi. Paling gampang, test ulang di sekolah-sekolah ikatan dinas. Bagaimana hasilnya, dan jangan diumumkan, Menpan-RB harus kerja cepat, agar negara tidak makin dalam terperosok.

Test kesehatan, malah beberapa saat lalu seperti model dan audisi, pamer lagi dengan pakaian lab di RS, bukan itu, namun bagaimana memeriksa apakah jantungnya akan ngadat di tengah jalan, bisa potensi gila tidak, dan ada kelainan jiwa misalnya gila harta atau gila seksualitas tidak, sehingga pribadi yang berpotensi demikian tidak lolos. Identik dengan test psikologi, test kesehatan semata normatif kalau tidak boleh terlalu kasar ada permainan.

Apa pantes kalau bupati beristri lebih dari sepuluh, apa pantes bupati yang masih begitu muda sudah pesta narkoba, dan itu semua karena test dan seleksi yang berpanjang lebar di atas kertas hanya semata formalitas, yang bisa dibeli dan diatur, apalagi jika pejabat itu adalah keluarga pejabat yang mau mewarisi jabatan dari keluarga sendiri.

Tidak ada yang salah, hubungan keluarga itu menjadi pejabat, jika memang benar dan baik. Selama ini, lebih banyak untuk mengamankan kedudukan demi melindungi perilaku jahat di saat dijabat sebelumnya. Jika demikian ya negara ini jadi kerajaan-kerajaan kecil dengan istilah saja demokrasi.

Jabatan turunan identik dengan kaya raya, dan ada penyelewengan. Menarik kasus di OI ini ditelisik soal surat keterangan sehat, ini dulu sangat jelas, dan akan jarang diungkap. Khas penyelesaian Indonesia, tidak mengungkap hingga akarnya.

Kekayaan bupati muda ini. Apakah  terlibat dengan pencucian uang, misalnya dana bansos, APBD, dan dana-dana lain yang ada. Praduga tak bersalah diubah menjadi praduga bersalah. Narkoba dibeli dengan uang maling, maju pilkada dengan uang maling dan buktikan, kalau tidak, berarti memang bersih dan hanya narkoba. Kekayaan memang kaya dari hasil usaha dan baik, bukan misalnya lagi, membakar lahan untuk karet atau sawit. LHKPN, bukan hanya anjuran dan abal-abal, jika terbukti berbohong atau maling, konsekuensinya jelas, bagaimana maling pun bisa embali memimpin kog.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline